Jumat 08 Sep 2023 20:34 WIB

Ilmuwan Ini Jelaskan Bagaimana NASA Membunuh Alien di Mars 50 Tahun Lalu

Eksperimen yang dilakukan oleh pendarat Viking disebut secara tidak sengaja membunuh mikroba yang hidup di bebatuan Mars.

Rep: Ilham Tirta/ Red: Partner
.

Cuplikan sebuah film tentang mengunjungi planet lain seperti Mars. Gambar: themoviedb.org
Cuplikan sebuah film tentang mengunjungi planet lain seperti Mars. Gambar: themoviedb.org

ANTARIKSA -- Seorang ilmuwan mengklaim Badan Antariksa Amerika (NASA) telah menemukan kehidupan di Mars secara tidak sengaja hampir 50 tahun yang lalu. Secara tidak sengaja juga, NASA membunuhnya sebelum menyadari kehidupan alien seperti apa itu.

"Setelah mendarat di Planet Merah pada tahun 1976, para pendarat Viking NASA mungkin telah mengambil sampel bentuk kehidupan kecil tahan kering yang bersembunyi di dalam batuan Mars," ungkap Dirk Schulze-Makuch, ahli astrobiologi di Technical University Berlin, dalam artikelnya untuk Big Think pada 27 Juni 2023.

Schulze-Makuch mengatakan, jika bentuk kehidupan ekstrem itu ada, eksperimen yang dilakukan oleh para pendarat itu kemungkinan telah membunuh mereka sebelum teridentifikasi. Sebab, pengujian tersebut akan membuat mikroba potensial ini kewalahan.

"Ini adalah suatu kesan yang pasti akan dianggap provokatif oleh sebagian orang. Namun mikroba serupa memang hidup di Bumi dan secara hipotetis bisa hidup di Planet Merah, sehingga mereka tidak bisa diabaikan begitu saja," kata Schulze-Makuch.

Klaim itu mendapat tanggapan beragam. Para ahli lain ragu apakah klaim baru tersebut hanyalah khayalan yang tidak masuk akal atau mungkin merupakan penjelasan yang menarik untuk beberapa eksperimen masa lalu yang selama ini membingungkan.

Eksperimen Viking NASA

Masing-masing pendarat Viking, yaitu Viking 1 dan Viking 2 melakukan empat eksperimen di Mars. Keempatnya adalah eksperimen spektrometer massa kromatografi gas (GCMS) yang mencari senyawa organik atau yang mengandung karbon di tanah Mars; percobaan pelepasan berlabel, yang menguji metabolisme dengan menambahkan nutrisi yang ditelusuri secara radioaktif ke dalam tanah; percobaan pelepasan pirolitik, yang menguji fiksasi karbon oleh organisme fotosintetik potensial; dan eksperimen pertukaran gas, yang menguji metabolisme dengan memantau bagaimana gas yang diketahui merupakan kunci kehidupan (seperti oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen) berubah di sekitar sampel tanah yang terisolasi.

Hasil eksperimen Viking itu membingungkan, dan terus membuat penasaran beberapa ilmuwan sejak saat itu. Eksperimen pelepasan berlabel dan pelepasan pirolitik menghasilkan beberapa hasil yang mendukung gagasan kehidupan di Mars. Dalam kedua eksperimen tersebut, perubahan kecil dalam konsentrasi beberapa gas mengisyaratkan bahwa semacam metabolisme sedang terjadi.

GCMS juga menemukan beberapa jejak senyawa organik terklorinasi, namun pada saat itu, para ilmuwan misi percaya bahwa senyawa tersebut merupakan kontaminasi dari produk pembersih yang digunakan di Bumi. Sementara, pendarat dan penjelajah berikutnya telah membuktikan bahwa senyawa organik itu memang ada secara alami di Mars.

Namun, eksperimen pertukaran gas, yang dianggap paling penting dari keempat eksperimen tersebut, membuahkan hasil negatif. Hal itu membuat sebagian besar ilmuwan menyimpulkan bahwa eksperimen Viking tidak mendeteksi kehidupan di Mars.

Namun Schulze-Makuch yakin sebagian besar eksperimen itu mungkin menghasilkan hasil yang tidak tepat karena menggunakan terlalu banyak air. Untuk diketahui, eksperimen pelepasan berlabel, pelepasan pirolitik, dan pertukaran gas semuanya melibatkan penambahan air ke dalam tanah Mars.

“Karena Bumi adalah planet air, masuk akal jika penambahan air dapat menyebabkan kehidupan muncul di lingkungan Mars yang sangat kering. Kalau dipikir-pikir, mungkin pendekatan itu terlalu berlebihan," tulis Schulze-Makuch.

Kasus seperti itu pernah terjadi di Bumi...


Gurun Atacama adalah rumah bagi mikroba ekstrem yang hampir tidak memerlukan air untuk bertahan hidup. Gambar: Getty Images
Gurun Atacama adalah rumah bagi mikroba ekstrem yang hampir tidak memerlukan air untuk bertahan hidup. Gambar: Getty Images

Belajar dari Kasus di Bumi

Di lingkungan bumi yang sangat kering, seperti Gurun Atacama di Chili, terdapat mikroba ekstrem yang dapat berkembang biak dengan bersembunyi di batuan higroskopis yang sangat asin. Mereka hanya menarik sedikit air dari udara di sekitarnya. Batuan ini juga terdapat di Mars, yang memiliki tingkat kelembapan tertentu yang secara hipotetis dapat menopang mikroba tersebut.

Menurut Schulze-Makuch, jika mikroba itu juga mengandung hidrogen peroksida, bahan kimia yang kompatibel dengan beberapa bentuk kehidupan di Bumi, hal ini akan membantu mereka dalam menarik kelembapan. Dengan itu, mungkin juga mereka menghasilkan beberapa gas yang terdeteksi dalam percobaan pelepasan berlabel.

Tapi terlalu banyak air bisa mematikan organisme kecil itu. Dalam penelitian tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, para peneliti menemukan bahwa banjir ekstrem di Gurun Atacama telah membunuh hingga 85 persen mikroba asli yang tidak dapat beradaptasi dengan kondisi basah.

Karena itu, menambahkan air ke setiap mikroba potensial dalam sampel tanah misi Viking mungkin setara dengan terdamparnya manusia di tengah lautan. "Keduanya membutuhkan air untuk bertahan hidup, namun jika konsentrasinya salah, hal itu bisa mematikan bagi mereka," tulis Schulze-Makuch.

Alberto Fairen, ahli astrobiologi di Cornell University dan salah satu penulis penelitian tahun 2018 mengatakan, dia sangat setuju bahwa menambahkan air ke eksperimen Viking dapat membunuh potensi mikroba higroskopis dan menimbulkan hasil yang kontradiktif dari misi tersebut.

Klaim Kontroversial

Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan menyatakan bahwa eksperimen Viking mungkin secara tidak sengaja membunuh mikroba Mars. Pada tahun 2018, sekelompok peneliti lain mengusulkan bahwa ketika sampel tanah dipanaskan, reaksi kimia yang tidak terduga dapat membakar dan membunuh mikroba yang hidup di dalam sampel. Kelompok ini mengklaim bahwa hal itu juga dapat menjelaskan beberapa hasil eksperimen Viking yang membingungkan.

Namun, ilmuwan lain percaya hasil penelitian Viking tidak terlalu ambigu dibandingkan apa yang dikemukakan oleh Schulze-Makuch dan peneliti lainnya. Pada tahun 2007, pendarat Phoenix milik NASA, penerus pendarat Viking, menemukan jejak perklorat secara alami terdapat di dalam beberapa batuan di Mars. Ini adalah bahan kimia yang digunakan dalam kembang api, suar di jalan raya, dan bahan peledak.

Konsensus ilmiah umum menyatakan keberadaan perklorat dan produk sampingannya dapat menjelaskan secara memadai gas yang terdeteksi dalam hasil penelitian awal Viking. " Yang pada dasarnya telah menyelesaikan dilema Viking," kata Chris McKay, ahli astrobiologi di Pusat Penelitian Ames NASA.

Akibatnya, kata McKay, para ilmuwan yang terus meremehkan hasil dari wahana pendarat tersebut hanya menyia-nyiakan upaya mereka. “Saya tidak setuju dengan logika mereka. Tidak perlu menggunakan jenis kehidupan baru yang aneh untuk menjelaskan hasil dari Viking,” kata dia. Sumber: Live Science

sumber : https://antariksa.republika.co.id/posts/235852/ilmuwan-ini-jelaskan-bagaimana-nasa-membunuh-alien-di-mars
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement