REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) atau CIA telah merilis sebuah video untuk merekrut pejabat Rusia menjadi agennya. Direktur CIA William Burns sempat mengatakan bahwa ketidakpuasan sebagian orang Rusia atas perang di Ukraina telah membuka peluang langka untuk merekrut agen spionase.
Video ajakan untuk bergabung menjadi agen CIA itu telah diunggah di akun X (Twitter) resmi CIA, Kamis (7/9/2023). Video tersebut diberi judul berbahasa Rusia yang artinya “Mengapa saya melakukan kontak dengan CIA-untuk diri saya sendiri”.
Dalam video itu diperlihatkan seorang pejabat Rusia yang berjalan melewati salju. Dia kemudian memasuki sebuah gedung pemerintah dengan menunjukkan tanda pengenal. Di sela-sela adegan tampak lambang elang berkepala dua Rusia.
“Saya menegaskan kepada semua orang bahwa memutarbalikkan kebenaran dalam laporan adalah tindakan yang tidak bermoral, tetapi mereka yang menduduki jabatan tinggi adalah mereka yang melakukan hal tersebut,” kata narator berbahasa Rusia dalam video CIA.
“Orang-orang di sekitar Anda mungkin tidak ingin mendengar kebenarannya. Tapi kami melakukannya,” kata narator dalam video tersebut sebelum merinci cara untuk menghubungi CIA, yang berbasis di Langley, Virginia. “Integritas ada imbalannya,” tutup narator.
Pada Juli lalu, Direktur CIA William Burns sempat menyampaikan bahwa ketidakpuasan di antara sebagian orang Rusia atas perang di Ukraina menciptakan peluang langka untuk merekrut mata-mata. Dia mengatakan CIA tidak akan membiarkan peluang itu berlalu begitu saja.
Rusia dikenal sulit ditembus oleh agen mata-mata Barat. Oleh sebab itu Barat mengembangkan apa yang dinamakan “Moscow Rules” pada era Uni Soviet agar tidak berpuas diri. Moscow Rules telah diperbarui untuk Rusia modern. Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui merupakan mantan agen KGB pada era Soviet. Ia pernah bertugas di wilayah Jerman Timur pada era Perang Dingin.
Moskow telah menuduh Inggris dan AS mendukung Ukraina dalam upaya memecah belah Rusia dan merampas sumber daya alamnya. Namun tudingan itu dibantah Washington dan London.