REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BFI Finance Syariah menargetkan kenaikan pembiayaan sekitar 20 sampai 25 persen pada 2023. Per semester pertama tahun ini, Unit Usaha Syariah (UUS) dari PT BFI Finance Indonesia Tbk itu mencatat pertumbuhan pembiayaan sekitar 44 persen dibandingkan 2022.
"Lebih kurang kita set tidak terlalu besar sekitar 20 sampai 25 persen untuk pertumbuhan sales (pembiayaan). Kalau (pertumbuhan) aset sekitar 40 sampai 45 persen," ujar Sharia Product Head BFI Finance Deni Nasri, saat ditemui Republika di Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Guna mewujudkan target tersebut, kata dia, perusahaan masih mengandalkan pembiayaan ke segmen mobil bekas. Produknya yaitu My Car Syariah, yakni pembiayaan mobil bekas sesuai prinsip syariah, menggunakan akad jual beli tanpa wakalah.
"Karena (pembiayaan mobil bekas) tahun lalu lagi booming dan masih terus growth," jelasnya. BFI Syariah, lanjut dia, juga tengah menggenjot produk barunya yaitu My B-Share.
Produk yang baru diluncurkan dan mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober tahun lalu itu berupa pembiayaan multiguna berprinsip syariah. Dijelaskan, lewat produk ini nasabah bisa mengajukan pembiayaan untuk berbagai kebutuhan seperti biaya pendidikan atau pengembangan usaha.
"Kita lihat (produk My B-Share) secara potensi ada. Customer juga sudah ada yang request," tutur Deni.
Perseroan menilai, prospek pembiayaan syariah ke depan positif. Maka, BFI Finance Syariah akan terus dikembangkan.
Hanya saja saat ini, kontribusinya terhadap total pembiayaan perusahaan induknya atau BFI Finance dinilai masih kecil. "Kalau angkanya mungkin sekitar dua persen, karena kita (BFI Finance Syariah) baru ada 2018," ungkap dia.