Siang itu, kedua kaki Wayan Jenek melangkah perlahan di bawah terik Matahari, dengan dibantu tongkat kayu yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya. Mengenakan topi bundar dari anyaman janur yang sudah mengering, ia sesekali mengelap keringat di wajah menggunakan handuk biru yang melintang di pundak kanan dan kirinya. Maklum, ia sudah berjalan...
Berita Lainnya