Sabtu 09 Sep 2023 17:47 WIB

Pakar Etiket Sebut Anda tak Perlu Minta Maaf Ketika Ada di 8 Kondisi Ini, Apa Saja?

Menurut pakar etiket, tidak perlu meminta maaf karena meminta bantuan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Meminta maaf (ilustrasi). Pakar etiket mengatakan, ada beberapa situasi di mana Anda tidak perlu meminta maaf.
Foto: Dok. www.freepik.com
Meminta maaf (ilustrasi). Pakar etiket mengatakan, ada beberapa situasi di mana Anda tidak perlu meminta maaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak meminta maaf ketika ada dalam situasi yang mengharuskannya dapat merusak sebuah hubungan. Misalnya, ketika Anda menghina, menyakiti, atau merugikan orang lain. 

“Tentu saja, ketika kita telah menyakiti atau melukai seseorang, sangat tepat untuk meminta maaf," kata pendiri Mannersmith Etiquette Consulting, Jodi RR Smith, dilansir Best Life, Rabu (6/9/2023). 

Baca Juga

Meski begitu, menurut pakar etiket, Anda harus tidak perlu meminta maaf ketika berada di delapan kondisi ini. Apa saja itu?

1. Saat mengutarakan pikiran 

Pendiri Etiquette Consulting Jules Hirst mengatakan, banyak orang akan meminta maaf karena berbeda pendapat. Menurut Hirst, Anda berhak atas pendapat Anda sendiri, tidak perlu meminta maaf untuk itu. 

“Daripada meminta maaf, Anda bisa mengatakan, ‘Anda mempunyai sudut pandang yang menarik. Inilah yang saya pikirkan,” ujar Hirst.

2. Saat menolak undangan

Jika sebelumnya Anda menyetujui rencana yang sekarang harus dibatalkan, sebaiknya Anda meminta maaf. Namun, jika Anda menerima undangan tanpa mendiskusikan kesediaan Anda sebelumnya, Anda tidak melakukan kesalahan apa pun. 

“Daripada meminta maaf karena tidak bisa menghadiri sebuah acara, Anda harus berterima kasih kepada mereka karena memikirkan Anda dan kemudian memberi tahu mereka bahwa Anda tidak bisa hadir,” kata Hirst. 

“Mengatakan, ‘Terima kasih atas undangannya, tapi saya punya janji sebelumnya pada hari itu’ adalah hal yang jauh lebih baik daripada ‘Maaf, saya tidak bisa hadir’,” ujarnya. 

3. Ketika meminta bantuan

Hirst mengatakan, semua orang membutuhkan bantuan dan kebanyakan orang dengan senang hati akan membantu jika memungkinkan. “Orang tidak perlu meminta maaf karena meminta bantuan. Daripada mengatakan ‘Maaf mengganggu Anda, tetapi bisakah Anda membantu saya’, Anda bisa mengatakan ‘Bisakah Anda meluangkan waktu sebentar untuk membantu saya?,” Kata Hirst. 

4. Ketika melakukan kesalahan kecil di tempat kerja dan orang lain memperbaikinya

Anda meminta maaf, tetapi banyak di antaranya yang tidak diperlukan. Misalnya, jika Anda membuat kesalahan kecil pada suatu proyek dan orang lain memperbaikinya, Anda dapat menumbuhkan semangat tim yang lebih baik dengan mengatakan, “Terima kasih sudah memahaminya!,” daripada permintaan maaf. 

Demikian pula, Laura Windsor, pendiri Laura Windsor Etiquette & Protocol Academy, mengatakan tidak perlu meminta maaf ketika Anda membutuhkan waktu lama untuk membalas email. Ini hanya akan menarik perhatian pada kesalahan kecil Anda. Windsor menyarankan daripada meminta maaf, cobalah membuka dengan mengucapkan, “Terima kasih atas kesabaran Anda”.

5. Saat menulis surat pengunduran diri

Windsor mengatakan, Anda harus sangat berhati-hati terhadap permintaan maaf yang tidak perlu di tempat kerja jika dilakukan secara tertulis. Dia mencontohkan penulisan surat pengunduran diri yang bisa diarsipkan. 

“Jangan meminta maaf di atas kertas karena surat tersebut merupakan catatan permanen baik bagi perusahaan maupun orang yang akan keluar,” ujar Windsor. 

6. Saat menegosiasikan kenaikan gaji

Negosiasi dapat menimbulkan perasaan bersalah atau malu bagi siapa pun yang tidak terbiasa membela diri secara terang-terangan. Namun Windsor mengatakan, penting untuk tidak meminta maaf atas permintaan Anda selama proses tersebut. 

Hal ini karena meminta maaf hanya akan memperdalam perpecahan antara kedua belah pihak dan melemahkan sikap negosiasi Anda, dibandingkan menciptakan lingkungan yang saling berkolaborasi dan berkepentingan. "Sama pentingnya untuk tidak meminta maaf setelah memenangkan negosiasi," kata Windsor.

Karena hal itu, kata dia, dapat melemahkan legitimasi kemenangan dan “memperdalam luka” bagi pihak lain. Sebaliknya, fokus pada rasa syukur Anda dengan sikap bergerak maju tentang kelanjutan hubungan kerja. 

7. Ketika merasa canggung pada pertemuan kelompok

Pesta dan pertemuan kelompok dapat memicu kecemasan sosial karena ada begitu banyak peluang untuk melakukan kesalahan. Namun, sering kali kekhawatiran kita tidak mendasar. 

Windsor menyebutkan, Anda tidak merasa perlu meminta maaf karena mendekati seseorang atau kelompok di acara yang mengundang Anda. Anda juga tidak perlu meminta maaf atas kondisi rumah atau apa yang Anda sajikan untuk makan malam. 

“Saat bersiap untuk menghibur, Anda tidak harus membuat orang lain terkesan dengan apa yang Anda miliki, jadi jangan pernah meminta maaf atas apa yang tidak Anda miliki,” kata Windsor.

8. Ketika seseorang marah tapi Anda tidak bisa disalahkan

Beberapa orang sangat peka terhadap emosi orang lain dan merasa perlu meminta maaf saat pertama kali marah, bahkan saat mereka tidak bisa disalahkan. Ini dapat dimengerti karena permintaan maaf dapat membantu menenangkan situasi atau memuluskan pembicaraan, tetapi hal ini juga dapat menempatkan Anda pada posisi yang tidak semestinya. 

Menurut Smith, ada cara-cara untuk terlibat tanpa menyalahkan. Yaitu, mendengarkan secara aktif untuk lebih memahami masalahnya, mengulangi pemahaman Anda tentang masalah tersebut kembali kepada orang tersebut, dan menanyakan apakah mereka punya ide tentang cara menyelesaikan masalah. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement