Ahad 10 Sep 2023 13:18 WIB

Hingga Agustus 2023, Ada 430 Kasus Kematian Akibat DBD di Indonesia

Kemenkes mencatat hingga Agustus 2023, ada 430 kasus kematian akibat DBD di Indonesia

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Direktur PT Takeda Imovative Medicines, Andreas Gutknecht
Foto: Istimewa
Presiden Direktur PT Takeda Imovative Medicines, Andreas Gutknecht

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatatkan angka kematian akibat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mencapai 430 kasus. Angka tersebut tercatat sejak kasus DBD pertama kali ada di Indonesia pada 1968.

"Sampai saat ini kematiannya sampai Agustus 2023, 430 orang meninggal akibat DBD. Untuk jumlah kasusnya mencapai hingga 60 ribu kasus," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam acara perayaan Hari Olahraga Nasional 2023 di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, Ahad (10/9/2023). 

Baca Juga

Imran menjelaskan, kasus DBD tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dan kini kemunculan kasus DBD tidak hanya pada musim-musim tertentu, tetapi secara umum bisa terjadi kapan saja. 

"Hampir semua daerah di Indonesia jadi endemis DBD, apalagi Jakarta. Dan susahnya, kalau dulu kasus DBD adanya di bulan-bulan tertentu seperti musim hujan, sekarang sudah enggak karena cuaca berubah-ubah sehingga nyamuknya berkembangbiak secara terus-menerus," terang dia.  

Sebagai upaya menekan jumlah kasus DBD, Imran mengatakan bahwa pemerintah mendorong masyarakat rutin melakukan 3M plus. Yakni mencakup kegiatan menguras tempat penampungan air, menutup rapat penampungan air, serta memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD.

Adapun 'plus' dari prinsip tersebut yakni upaya tambahan mencegah gigitan serta perkembangan nyamuk, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. 

Imran menjelaskan, pemerintah saat ini juga tengah mengkaji berbagai inovasi untuk mengatasi masalah DBD, diantaranya mengenai vaksinasi DBD. Namun, vaksinasi DBD hingga saat ini masih belum menjadi program nasional.

"Vaksin adalah inovasi baru sebagai upaya mencegah terkenan demam berdarah, dan sudah mendapatkan izin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada Agustus 2022 lalu," tutur dia.

Pada kesempatan yang sama, Takeda kembali menekankan komitmennya terhadap upaya pencegahan DBD di Indonesia. Andreas Gutknecht selaku Presiden Direktur, PT. Takeda Innovative Medicines mengatakan Takeda akan terus bersama-sama mengedukasi serta mengajak masyarakat untuk #Ayo3MPlusVaksinDBD.

"Kali ini, kami berkolaborasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Kesehatan yang didukung oleh PAPDI dalam menegaskan komitmen kami untuk mendukung pemerintah menuju nol kematian akibat DBD pada 2030. Terkait dengan komitmen terhadap keluarga Indonesia dan masyarakat luas, Takeda telah meluncurkan website www.cegahdbd.com, sosial media @cegahdbd.id (Instagram), Cegah Demam Berdarah (facebook), dan Youtube CegahDBD, serta kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya DBD dan perlindungan yang lebih komprehensif terhadap DBD,” kata Andreas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement