REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tidak serta merta datang begitu saja. Ada proses yang dilalui sebagai persiapan, hingga Nabi Muhammad SAW dapat menerima wahyu.
Mantan Mufti Mesir, Syekh Ali Jum'ah mencontohkan proses persiapan Nabi Muhammad SAW dalam menerima wahyu yaitu beliau SAW bermimpi selama 6 bulan. Di dalam mimpi tersebut, Nabi SAW melihat apa yang akan terjadi.
"Nabi Muhammad SAW memperhatikan hal-hal secara rinci, terkait apa yang terjadi pada hari besok. Mimpi inilah yang menjadi persiapan Nabi SAW untuk bisa beralih antara alam nyata dan ghaib," jelasnya, seperti dilansir Masrawy.
Syekh Jum'ah kembali menjelaskan, kalau umpamanya wahyu tersebut diturunkan begitu saja, maka pikiran orang yang menerimanya itu bisa menjadi terganggu. Mengapa demikian? Karena sebagaimana dipaparkan oleh Syekh Jum'ah, dunia nyata dan ghaib itu memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
"Perbedaan yang jauh antara dunia yang nyata terlihat dan dunia ghaib, membuat pikiran tidak mampu menyerap pengetahuan (wahyu) ini, dan dapat mengakibatkan pikiran terganggu," tuturnya.
Syekh Jum'ah juga menambahkan, wahyu yang diturunkan kepada para nabi tentu berbeda-beda. Letak perbedaannya terletak pada tingkatan wahyu, kesiapan fisik Nabi dan risalah nabi yang disampaikan.
"Wahyu merupakan hal yang berkaitan dengan kauniyah. Ini berhubungan erat dengan aspek struktur manusia, fisiknya dan penyampaiannya," jelasnya.
Syekh Jum'ah menuturkan, wahyu yang diturunkan tentu telah disesuaikan dengan keadaan fisik nabi yang menerimanya. Dia pun mengambil contoh peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad.
Sebelum melakukan perjalanan ke langit itu, ada proses yang dilalui Nabi Muhammad SAW, yakni proses pembelahan dada. Ini adalah persiapan biologis yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW sebelum melakukan perjalanan tersebut.
"Seperti yang diketahui tentang sifat alam semesta, saat seseorang naik 150 meter dari bumi, maka tekanan udara meningkat. Pada tingkatan tertentu, akan menyebabkannya tidak bisa bertahan," katanya. Terlebih, naik ke langit yaitu Sidratul Muntaha.
Untuk itu, ada proses pembelahan dada Rasulullah SAW sebelum melakukan perjalanan Miraj, sebagai persiapan supaya tubuh beliau SAW sanggup melaksanakan perjalanan tersebut. Persiapan ini dilakukan mengingat tugas yang diemban Nabi SAW, status beliau, dan wahyu yang diturunkan kepada Rasululah SAW.