Senin 11 Sep 2023 08:15 WIB

Italia Nilai Kemitraan dengan Cina Lebih dari Sekadar Proyek BRI

Italia akan keluar dari BRI dan merevitalisasi perjanjian kemitraan dengan Cina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Belt and Road Initiative (BRI) yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina
Foto: linkedin
Belt and Road Initiative (BRI) yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Giorgia Meloni mengatakan pada Ahad (10/9/2023), ada lebih banyak hal lain dalam hubungan Italia dengan Cina daripada sekedar Belt and Road Initiative (BRI). Dia menegaskan, keputusan akhir mengenai keberlanjutan atau meninggalkan BRI masih harus dipertimbangkan.

Media Italia sebelumnya melaporkan, Italia akan keluar dari BRI dan sebaliknya berupaya merevitalisasi perjanjian kemitraan strategis dengan Cina. Tindakan ini bertujuan untuk mendorong kerja sama ekonomi yang pertama kali ditandatangani pada 2004.

Baca Juga

Italia adalah satu-satunya negara G7 yang menandatangani BRI. BRI ini adalah sebuah rencana perdagangan dan infrastruktur global yang meniru Jalur Sutra lama yang menghubungkan kekaisaran Cina dan Barat.

Perjanjian antara Cina dan Italia akan berakhir pada Maret 2024. Italia memiliki waktu hingga Desember tahun ini untuk secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut, jika tidak kemitraan tersebut akan diperpanjang selama lima tahun.

Roma akan menjadi presiden G7 tahun depan dan menyusun kembali hubungannya dengan Beijing dalam menenangkan sekutu-sekutu Baratnya yang takut akan pengaruh negeri tirai bambu. Pertimbangan berat muncul karena mengurangi risiko reaksi balik dari Beijing.

“Ada negara-negara Eropa yang dalam beberapa tahun terakhir belum menjadi bagian dari Belt and Road, tetapi mampu menjalin hubungan yang lebih baik (dengan Cina) dibandingkan yang pernah kami lakukan,” kata Meloni pada konferensi pers di akhir pertemuan G20 di New Delhi, India.

Meloni bertemu dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang di sela-sela pertemuan G20 pada hari pertama. Dia menggambarkan pembicaraan tersebut sebagai pembicaraan yang sopan dan konstruktif.

“Persoalannya, bagaimana menjamin kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak, mengesampingkan keputusan yang akan kita ambil terhadap BRI,” uajar Meloni.

Menurut Meloni, Cina telah memperbarui undangannya untuk mengunjungi negara itu tetapi tanggalnya belum ditentukan. Pemerintah Italia juga telah diundang ke Belt and Road Forum for International Cooperation (BRF) yang akan diselenggarakan oleh Cina pada Oktober tahun ini.

Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan,  90 negara telah memastikan kehadirannya. Menurut laporan kantor berita pemerintah Cina Xinhua, negaranya telah menandatangani dokumen kerja sama BRI dengan lebih dari 150 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional. BRI menjalin lebih dari 3.000 proyek kerja sama dan menggalang investasi senilai hampir 1 triliun dolar AS.

Kemelut Italia dengan proyek Cina tersebut mengemuka setelah Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengeluhkan perdagangan antara Cina dan Italia belum membaik seperti yang diharapkan sejak Roma bergabung pada 2019. Dia mengungkapkan, angka perdagangan tahun lalu antara kedua negara lebih rendah dibandingkan antara Cina dan Prancis atau Cina dan Jerman.

“Italia juga merupakan pendukung dialog dengan Beijing di tingkat Uni Eropa, dan dialog yang jujur dan terbuka mengenai prinsip-prinsip dan hak-hak," ujar kantor berita milik pemerintah Italia ANSA mengutip Tajani.

Beijing bersedia bekerja sama dengan Italia untuk meningkatkan perdagangan dan investasi bersama. Namun Tajani yang mengunjungi Cina awal pekan ini menegaskan kembali kemitraan strategis akan lebih berharga daripada BRI.

“Italia dan Cina berbagi Kemitraan Strategis Global yang peringatan 20 tahunnya akan berulang tahun depan dan akan menjadi mercusuar bagi kemajuan persahabatan dan kerja sama… di setiap bidang yang menjadi kepentingan bersama," kata pernyataan itu merujuk pada Global Strategic Partnership yang ditandatangani oleh Cina dan pemerintah yang dipimpin oleh Silvio Berlusconi pada  2004.

Keraguan Italia juga ditampik oleh Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi. Wang menyatakan perdagangan bilateral telah tumbuh dari 50 miliar dolar AS menjadi hampir 80 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor Italia ke Cina meningkat sekitar 30 persen selama lima tahun terakhir.

Wang kedua negara harus berpegang pada cara yang benar untuk bergaul satu sama lain. Beijing dan Roma perlu saling menghormati dan percaya dalam menghadapi gangguan geopolitik. Menurut Wang, Cina pun siap untuk mendorong pembangunan berkelanjutan hubungan Cina-Italia.

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement