REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebuah video berisi pusaran api di Gunung Bromo viral di media sosial. Unggahan video di akun Tiktok @jalankebromo ini pun langsung mendapatkan respons dari BMKG Juanda.
Berdasarkan keterangan BMKG Juanda di Instagram resminya, fenomena tersebut dikenal sebagai dust devil. Artinya, terdapat pusaran udara kecil, tetapi kuat yang terjadi saat udara kering, sangat panas, dan tidak stabil di permukaan tanah. Kemudian hal ini naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya.
Selanjutnya, situasi tersebut membentuk aliran udara ke atas berupa pusaran. Tidak hanya itu, pusaran ini juga membawa debu, serpihan atau puing-puing lainnya di sekitarnya.
Adapun secara siklusnya, fenomena ini dimulai dengan Matahari yang memanaskan permukaan tanah. Kemudian udara panas naik membentuk tekanan rendah. Setelah itu, udara lebih dingin di sekitarnya masuk dalam tekanan rendah dan membuat pusaran semakin menjulang naik dan bertambah kecepatannya.
Pada siklus berikutnya, pusaran angin semakin kokoh dan menyedot pasir serta debu di sekitarnya sehingga menjadi dust devil. Meskipun demikian, BMKG Juanda memastikan, fenomena ini akan berangsur hilang.
"Karena bertemu udara yang lebih dingin," tulis BMKG Juanda dalam unggahannya, Senin (11/9/2023).
Sementara itu, penyebab fenomena dust devil terbagi atas lima faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain pemanasan matahari pada permukaan tanah yang cukup intensif dan jumlah tutupan awan yang sangat sedikit (cuaca cerah). Kemudian juga karena kelembaban udara dan permukaan tanah yang kering.
Hal yang pasti, kata BMKG Juanda, dust devil biasa muncul antara siang hingga sore cerah, kering dan panas. Fenomena ini dapat berlangsung selama beberapa detik atau menit. Selain itu, dust devil hanya terlihat saat terdapat media pendukung semisal pasir dan debu.