Senin 11 Sep 2023 14:10 WIB

Polusi Udara di Jakarta, Pesantren Ramah Anak: Pakai Masker Saja tidak Cukup

Polusi udara di Jakarta harus ditekan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Petugas menyemprotkan air ke udara di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023). Dalam satu hari, sekitar 1.000 liter air digunakan untuk menyemprotkan air ke udara pada pukul 08.00-11.00 WIB dan 13.00-16.00 WIB, sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas menyemprotkan air ke udara di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023). Dalam satu hari, sekitar 1.000 liter air digunakan untuk menyemprotkan air ke udara pada pukul 08.00-11.00 WIB dan 13.00-16.00 WIB, sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembina Yayasan Pesantren Ramah Anak, KH Rakhmad Zailani Kiki yang akrab disapa Ustadz Kiki menanggapi imbauan Dinas Pendidikan (Disdik) Pemprov DKI Jakarta yang tertuang di surat edaran nomor e-0049/SE/2023 tentang Waspada Peningkatan Pencemaran Udara di Wilayah DKI Jakarta Bagi Seluruh Warga Satuan Pendidikan. Dalam surat itu, anak-anak sekolah diimbau memakai masker guna mengantisipasi polusi udara. 

Namun, menurut Ustadz Kiki, jika melihat kualitas udara Jakarta sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya menggunakan masker saja. 

Baca Juga

“Kualitas udara di Jakarta saat ini sangat tidak ramah anak. Para peserta didik, termasuk anak santri, dalam menjaga diri dari paparan polusi udara di Jakarta tidak cukup dengan memakai masker. Karena material dari polusi udara dapat menempel dan masuk ke dalam pori-pori kulit yang menyebabkan iritasi kulit dan penyakit lainnya," ujar Ustadz Kiki dalam keterangan tertulis yang diterima Republika beberapa waktu lalu. 

Dia mengatakan, jika polusi udara di Jakarta sudah sangat membahayakan kesehatan peserta didik atau santri, sebaiknya pihak sekolah atau pesantren melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

"Anak santri belajar dari rumahnya saja sampai kualitas udara di Jakarta aman untuk kesehatan, benar-benar tidak berbahaya lagi. Karena menjaga kerusakan, menjaga kesehatan diri dan keselamatan jiwa, harus diutamakan dari pada menuntut ilmu,” ucap Ustadz Kiki. 

Lebih lanjut, Ustadz Kiki menyatakan bahwa di Provinsi DKI Jakarta ada ratusan pesanten yang tersebar di lima wilayah kota dan satu kabupaten Kepulauan Seribu. Jumlah pesantren yang terbanyak berada di wilayah Jakarta Timur yang kesemuanya dalam keseharian menghirup udara yang memiliki tingkat polusi yang tinggi dan berbahaya untuk kesehatan, terutama kesehatan anak santri, yang paru-parunya masih dalam masa perkembangan.

Dia pun mendesak kepada pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar melakukan berbagai upaya untuk menurunkan tingkat polusi udara di Jakarta ke tingkat yang aman.

"Solusi-solusi pendek seperti membuat hujan buatan tidak banyak membantu selama sumber-sumber utama polusi udaranya tidak diatasi, tidak ditindak tegas. Masyarakat juga harus ikut membantu dengan lebih memilih kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi dalam mobilitasnya dan juga memperbanyak menanam pohon. Kasihan peserta didik, anak santri kita. Mereka tidak sehat hari ini tentu merusak masa depan mereka!," kata Ustadz Kiki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement