Senin 11 Sep 2023 14:55 WIB

Mengapa Awal Musim Hujan Diprediksi Baru Terjadi pada November?

Awal musim hujan di Indonesia akan tiba lebih lambat dibandingkan biasanya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Musim hujan pada tahun 2023/2024 umumnya akan tiba lebih lambat dibandingkan dengan biasanya/ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Musim hujan pada tahun 2023/2024 umumnya akan tiba lebih lambat dibandingkan dengan biasanya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa awal musim hujan di Indonesia akan tiba lebih lambat dibandingkan biasanya. Menurut prediksi BMKG, awal musim hujan secara umum di Indonesia akan terjadi pada November 2023.

"Musim hujan pada tahun 2023/2024 umumnya akan tiba lebih lambat dibandingkan dengan biasanya," jelas Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers, seperti dikutip oleh Republika pada Senin (11/9/2023).

Baca Juga

Menurut Dwikorita, awal musim hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan (Monsun Asia). Berdasarkan prediksi BMKG, Angin Timuran dinilai masih akan tetap aktif hingga November 2023, terutama di Indonesia bagian Selatan. Di sisi lain, Angin Baratan diprediksi akan datang lebih lambat dari normal.

Selain itu, Dwikorita juga menyoroti soal gangguan iklim El Nino. Melalui laman resminya, BMKG mengungkapkan bahwa El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian Tengah.

Pemanasan SML dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah. Di saat yang sama, kondisi tersebut juga dapat mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

"Kondisi El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi menimbulkan kekeringan meteorologis," jelas BMKG, seperti dikutip melalui laman resminya.

Terkait El Nino, Dwikorita mengungkapkan bahwa gangguan iklim ini sudah muncul sejak pertengahan Mei 2023. Gangguan iklim El Nino tampak terus berkembang mencapai level El Nino moderat sejak akhir Juli 2023.

Menurut Dwikorita, saat ini indeks El Nino berada pada nilai +1.504. Kondisi El Nino yang moderat ini diprediksi akan tetap bertahan hingga awal 2024.

Di sisi lain, pemantauan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) Positif dengan indeks saat ini sebesar +1.527. Kondisi ini diprediksi akan tetap positif hingga akhir 2023.

Dwikorita mengungkapkan bahwa superposisi fenomena El Nino dan IOD Positif menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia menjadi lebih sedikit dari normal. Pertumbuhan awan hujan yang lebih sedikit ini turut berkaitan dengan kondisi curah hujan rendah yang dapat menjadi penyebab kekeringan di Indonesia.

Meski awal musim hujan secara umum di Indonesia diprediksi akan tiba pada November 2023, Dwikorita mengungkapkan bahwa beberapa Zona Musim (ZOM) sudah mulai mengalami musim hujan. ZOM yang saat ini terkonfirmasi sudah mengalami musim hujan adalah sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, serta sebagian kecil Kepulauan Riau.

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menambahkan bahwa sekitar 69 ZOM akan memasuki musim hujan pada Oktober 2023. ZOM ini mencakup Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, dan sebagian besar Kalimantan Timur.

Lalu per November 2023, ada sekitar 255 ZOM yang akan memasuki musim hujan. ZOM tersebut mencakup Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil NTB, sebagian kecil NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.

Selanjutnya, ada sekitar 153 ZOM yang diprediksi akan memasuki musim hujan pada Desember 2023. ZOM ini mencakup sebagian besar Jawa Timur bagian utara, sebagian wilayah NTB, sebagian NTT, sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan sebagian Maluku. Sedangkan pada Januari hingga Mei 2024, sekitar 22 ZOM diharapkan akan memasuki awal musim hujan.

Dengan kata lain, Ardhasena mengungkapkan bahwa musim hujan diprediksi akan datang lebih lambat pada sekitar 446 ZOM di Indonesia. Selain itu, ada 22 ZOM yang diprediksi akan mengalami musim hujan lebih awal.

"Terdapat juga sekitar 56 ZOM atau sekitar 8,0 persen wilayah Indonesia yang diprediksi akan mengalami awal musim hujan yang sama dengan rerata klimatologinya," ujar Ardhasena.

Selain itu, Ardhasena mengungkapkan bahwa curah hujan umumnya akan bersifat normal di 566 ZOM. Namun, ada sekitar 69 ZOM yang diprediksi akan mengalami curah hujan lebih tinggi dari rerata dan 64 ZOM yang diperkirakan akan mengalami curah hujan lebih rendah atau di bawah normal.

Wilayah yang diprediksi mengalami musim hujan dengan sifat di bawah normal atau curah hujan lebih rendah dari rerata adalah sebagian kecil Sumatera Utara, Lampung bagian selatan, sebagian kecil Banten, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah bagian utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian barat. Sebaliknya, wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim hujan dengan sifat di atas normal adalah Aceh bagian selatan, Sumatera Utara bagian utara, Riau bagian utara, Sumatera Barat bagian selatan, Jambi bagian utara, Bengkulu bagian utara, Sumatera Selatan bagian barat, Banten bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian selatan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement