Senin 11 Sep 2023 16:34 WIB

Tim Penyelamat Maroko Berlomba dengan Waktu Cari Penyintas Gempa

Hingga hari ini, total korban tewas mencapai lebih 2.100 orang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas penyelamat melakukan operasi penyelamatan akibat gempa bumi dahsyat di Ouirgane, selatan Marrakesh, Maroko, (10/9/2023).
Foto: EPA-EFE/MOHAMED MESSARA
Petugas penyelamat melakukan operasi penyelamatan akibat gempa bumi dahsyat di Ouirgane, selatan Marrakesh, Maroko, (10/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Tim penyelamat Maroko berlomba dengan waktu untuk menemukan korban selamat di reruntuhan 48 jam setelah gempa bumi paling mematikan di negara itu dalam lebih dari enam dekade terakhir. Hingga hari ini, total korban tewas mencapai lebih 2.100 orang.

Tim pencari dari Spanyol dan Inggris bergabung dalam upaya pencarian korban gempa bermagnitudo 6,8 yang terjadi, 72 km barat daya Marrakech pada Jumat (11/9/2023) malam.

Banyak orang yang selamat menghabiskan malam ketiga di luar rumah. Rumah mereka hancur atau tidak aman akibat gempa paling kuat di Maroko sejak setidaknya tahun 1900.

Pada Ahad (10/9/2023) stasiun televisi pemerintah melaporkan jumlah korban tewas naik menjadi 2.122 dengan 2.421 orang terluka.

Di wilayah Desa Tafeghaghte, Hamid ben Henna menggambarkan bagaimana putranya yang berusia delapan tahun meninggal di bawah reruntuhan setelah ia pergi mengambil pisau dari dapur saat keluarganya sedang makan malam. Anggota keluarga lainnya selamat.

Warga setempat mulai menyelamatkan harta benda dari reruntuhan rumah dan menggambarkan bagaimana dengan putus asa mereka menggali dengan tangan kosong menemukan anggota keluarga.

Gempa juga merusak bangunan warisan budaya Maroko. Bangunan-bangunan di kota tua Marrakech, yang merupakan Situs Warisan Dunia, mengalami kerusakan.

Gempa juga dilaporkan menyebabkan kerusakan besar pada Masjid Tinmel dari abad ke-12 yang memiliki nilai sejarah signifikan. Masjid itu terletak di daerah pegunungan terpencil dekat dengan pusat gempa.

Para penyintas yang berjuang menemukan tempat berlindung dan persediaan menyuarakan kritik terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai respons pemerintah yang lambat.

Maroko mengerahkan tentara sebagai bagian dari responsnya dan mengatakan mereka memperkuat tim pencarian dan penyelamatan. Pemerintah juga menyediakan air minum, dan mendistribusikan makanan, tenda, dan selimut.

Televisi pemerintah melaporkan pemerintah mungkin akan menerima tawaran bantuan dari negara-negara lain dan akan bekerja untuk mengoordinasikannya jika diperlukan.

Inggris dan Spanyol mengirim tim spesialis pencarian dan penyelamatan dengan anjing pelacak. Sementara itu, Qatar mengatakan pada tim pencarian dan penyelamatannya telah berangkat ke Maroko.

Spanyol mengatakan sudah menerima permintaan resmi untuk bantuan dari Maroko. Prancis, di antara negara-negara yang menawarkan bantuan, mengatakan  mereka siap membantu dan menunggu permintaan resmi dari Maroko.

Stasiun televisi pemerintah melaporkan Raja Mohammed VI berterima kasih kepada Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab karena telah mengirimkan bantuan. Maroko telah menilai kebutuhan bantuan dan mempertimbangkan pentingnya mengoordinasikan upaya-upaya bantuan sebelum menerima bantuan dari luar negeri.

Dengan banyaknya rumah yang dibangun dari batu bata lumpur dan kayu atau semen dan balok-balok angin, bangunan-bangunan tersebut mudah ambruk. Gempa bumi ini merupakan gempa bumi paling mematikan di negara Afrika Utara sejak 1960, ketika sebuah gempa besar diperkirakan menewaskan sedikitnya 12 ribu orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement