REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Wilda Fizriyani
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkap penyebab sulitnya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Bromo yang dipicu api suar (flare) saat sesi foto pra-nikah. Hingga hari ini kebakaran sudah berlangsung selama lima hari dan semakin meluas.
"Akses ke lokasi kebakaran sulit, berbukit, dan terjal," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri saat dihubungi di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Thomas menuturkan medan yang berat itu membuat gerakan tim pemadam kebakaran menjadi terbatas, ditambah angin bertiup kencang turut memicu api terus menyala membakar hutan dan lahan di Gunung Bromo, Jawa Timur. Bahkan, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terpaksa harus menutup seluruh akses menuju kawasan wisata Gunung Bromo untuk memudahkan operasi pemadaman.
Penutupan kawasan wisata Bromo tertuang dalam Surat Pengumuman Nomor: PG.09/T.8/BIDTEK/9/2023 tentang Penutupan Kawasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. "Penutupan berlaku sejak Minggu, 10 September 2023, mulai pukul 19.00 WIB, sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata Thomas.
Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, luas hutan dan lahan yang terbakar di Gunung Bromo mencapai 274 hektare. Thomas mengatakan, pemerintah akan melakukan perhitungan luas dengan penaksiran area kebakaran dengan menggunakan citra satelit.
Kegiatan penanganan karhutla di Gunung Bromo dilakukan bersama Tim Satgas Provinsi Jawa Timur, Tim Satgas Malang, para relawan, masyarakat peduli api, Tim Brigdalkarhut Balai Besar TNBTS.
"Tim pemadaman udara juga dikerahkan memasuki hari kedua dengan operasi water bombing dengan dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," papar Thomas.