Senin 11 Sep 2023 22:10 WIB

Bisakah Puasa Intermiten Menghambat Penuaan? Ini Hasil Penelitian Ilmuwan AS

Puasa intermiten dikenal sebagai metode terbanyak yang digunakan untuk diet.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Puasa intermiten menjadi metode diet yang paling banyak digunakan untuk turunkan berat badan, dan dianggap bisa menghambat penuaan.
Foto: www.freepik.com
Puasa intermiten menjadi metode diet yang paling banyak digunakan untuk turunkan berat badan, dan dianggap bisa menghambat penuaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa intermiten menjadi salah satu metode diet yang banyak diterapkan oleh mereka yang ingin menurunkan berat badan. Bagi banyak orang, puasa intermiten sangat mudah dilakukan karena tidak perlu menghitung kalori atau harus berpegang pada menu tertentu.

Sebuah penelitian baru terhadap hewan menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat memperlambat penuaan dan membantu meningkatkan umur panjang hewan uji. Dengan pemikiran tersebut, para peneliti ingin melihat apakah hal yang sama juga terjadi pada manusia.

Baca Juga

"Karena puasa intermiten mungkin lebih mudah diikuti daripada menghitung kalori, kami sangat antusias untuk melihat apakah puasa intermiten dapat menjadi cara yang lebih mudah untuk menjadi sehat dan memperlambat proses penuaan pada manusia," kata Dr Corby Martin, Profesor dan Direktur Pennington Biomedical’s Reproductive Endocrinology and Women’s Health Laboratory, mengutip Study Finds, Senin (11/9/2023).

Sehubungan dengan hal ini, para peneliti di Pennington Biomedical dan University of Alabama di Birmingham, melakukan penelitian untuk melihat apakah makan selama delapan jam dan berpuasa selama 16 jam (puasa intermiten) setiap hari dapat memperlambat penuaan pada manusia.

Leanne Redman, yang juga memimpin studi, mengatakan bahwa penelitian ini sangat menarik karena akan menggunakan aplikasi ponsel pintar untuk membantu seseorang tetap mengikuti program ini dengan dukungan dari pelatih kesehatan.

Saat ini, uji coba sedang dibuka dan secara aktif merekrut peserta di Baton Rouge, Louisiana, dan Birmingham, Alabama. Untuk memenuhi syarat, peserta harus berusia antara 25 dan 49 tahun dan memiliki indeks massa tubuh antara 22 dan 30. Mereka tidak boleh merokok, vape, atau menggunakan produk tembakau saat ini atau dalam enam bulan terakhir.

Menariknya, penelitian ini sebagian besar melibatkan orang-orang yang dianggap memiliki BMI normal hingga kelebihan berat badan. Hal ini memberikan kesempatan bagi demografi yang berbeda untuk diwakili dalam penelitian seperti ini.

"Obesitas adalah salah satu penyakit yang paling umum dan mematikan secara nasional. Penelitian ini merupakan kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang bagaimana puasa intermiten dapat membantu individu untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan,” ujar peneliti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement