Senin 11 Sep 2023 22:56 WIB

Ini Tantangan Indonesia untuk Mulai Bisnis 'Jasa Gudang' C02 

Tantangan pengembangan CCS salah satunya persoalan teknis penyimpanan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Friska Yolandha
Foto udara Sungai Citarum yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur. Indonesia serius mengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Foto udara Sungai Citarum yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur. Indonesia serius mengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia telah menyatakan keseriusannya untuk mengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) selain dapat digunakan untuk menekan emisi, keberadaan CCS juga mendatangkan bisnis baru bagi industri. Untuk diketahui, CCS merupakan teknologi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penangkapan karbondioksida (CO2) dari proses industri lalu menginjeksikan emisi tersebut dengan aman ke reservoir di bawah tanah dengan kedalaman sekitar dua kilometer.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan, tantangan pengembangan CCS salah satunya persoalan teknis penyimpanan. Ia menuturkan. penyimpanan karbon dalam CCS umumnya akan dilakukan secara permanen. Namun dalam reservoir tersebut, pada lapisan bawah terdapat air yang disebut akuifer. Padahal ketika CO2 dan air bertemu lama-lama akan memunculkan sifat korosif yang dapat menyebabkan kebocoran CCS.

Baca Juga

Karena itu, Tutuka menuturkan, tantangannya adalah untuk memastikan tidak terjadi kebocoran setelah CO2 diinjeksikan ke reservoir. 

"Karena CO2 berhubungan dengan air, itu jadi korosif lama-lama, bisa bocor nanti. Jadi tantangan teknisnya terbesar itu. Perlu menjamin bahwa setelah diinjeksikan tidak keluar lagi, bocor lagi," kata Tutuka disela IICCS Forum di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (11/9/2023).