REPUBLIKA.CO.ID, Populisme merupakan ideologi politik yang menekankan gagasan "rakyat" dan sering kali mempertentangkan kelompok ini dengan "elite". Hal ini sering dikaitkan dengan sentimen anti-pemerintah dan anti-politik.
Beberapa tahun terakhir gerakan populis telah meningkat di Eropa, dan hal ini telah berdampak signifikan pada politik di benua tersebut.
Ada banyak faktor yang telah berkontribusi pada kebangkitan populisme di Eropa. Beberapa faktor ini termasuk:
- Krisis ekonomi 2008: Krisis ekonomi menyebabkan banyak kesulitan bagi banyak orang di Eropa, dan hal ini menciptakan rasa dendam dan kemarahan terhadap establishment. Para pemimpin populis telah dapat memanfaatkan kemarahan dan dendam ini, dan mereka telah berjanji untuk "mengambil kembali kendali" dari elite.
- Krisis pengungsi: Krisis pengungsi juga menjadi faktor utama dalam kebangkitan populisme. Banyak orang di Eropa merasa krisis pengungsi merupakan ancaman bagi keamanan dan cara hidup mereka, dan mereka telah beralih ke pemimpin populis yang berjanji untuk melindungi perbatasan mereka.
- Munculnya globalisasi: Globalisasi telah menyebabkan sejumlah perubahan dalam masyarakat Eropa, termasuk peningkatan imigrasi dan persaingan ekonomi. Perubahan-perubahan ini telah menyebabkan beberapa orang merasa cara hidup mereka terancam, dan mereka telah beralih ke pemimpin populis yang berjanji untuk "memprioritaskan negara mereka".
- Penurunan kepercayaan pada lembaga-lembaga tradisional: Telah terjadi penurunan kepercayaan pada lembaga-lembaga tradisional di Eropa, seperti pemerintah, media, dan Uni Eropa. Hal ini telah menciptakan kekosongan yang dapat diisi oleh para pemimpin populis.
Munculnya populisme telah memiliki sejumlah konsekuensi bagi politik Eropa. Beberapa konsekuensi ini termasuk: