REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyebutkan beberapa daerah di Indonesia memiliki bahan baku uranium dan thorium yang cukup untuk dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), guna mendukung percepatan penggunaan energi hijau di Indonesia.
"Indonesia memiliki banyak kandungan nuklir, yang dalam hal ini uranium dan thorium. Kandungan uranium dan thorium tersebut cukup untuk menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060," kata Plt Kepala Bapeten Sugeng Sumbarjo di Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, Bali, kemarin.
Sugeng mengatakan beberapa wilayah di Indonesia memiliki bahan baku uranium dan thorium yang mencukupi untuk dikembangkan menjadi PLTN, yakni Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Barat.
Meski begitu, Sugeng tidak menyebutkan secara perinci jumlah kandungan bahan baku nuklir di beberapa daerah tersebut. Namun, dalam laporan dan studi beberapa pihak yang memiliki kompetensi dalam mengukur kandungan nuklir dipastikan Indonesia dapat mengubah skema pembangkit listrik dari bahan baku fosil menuju energi nuklir, selain energi lainnya yang ramah lingkungan.
Ia mengklaim ada beberapa keuntungan penggunaan nuklir, seperti menghasilkan listrik yang stabil, tidak memancarkan karbondioksida dan hanya membutuhkan bahan bakar dalam jumlah yang kecil, sehingga dapat menjamin stabilitas pasokan listrik.
Meskipun belum banyak investor yang serius yang melirik energi nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia, kata Sugeng, tenaga nuklir dapat dijadikan energi alternatif penyumbang suplai energi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia di masa depan, selain listrik tenaga matahari (PLTS), PLTA, Gheotermal dan lainnya.
"Indonesia memang seharusnya sudah bisa menggunakan energi nuklir untuk mengurangi emisi karbon menuju NZE 2060. Dengan demikian, secara pelan-pelan mengurangi ketergantungan kita terhadap fosil, apalagi tambang minyak kita juga semakin sedikit," kata dia.
Bapeten, kata dia, sudah melakukan studi tiru mengenai tata cara pembangunan, keselamatan dan pengawasan nuklir di beberapa negara yang sudah memanfaatkan nuklir sebagai pembangkit listrik, seperti Jepang, Korea, Prancis, Amerika, Kanada, dan Rusia.