REPUBLIKA.CO.ID, TALAT N'YAAQOUB -- Penduduk desa menangisi kerabat mereka yang hilang di reruntuhan rumah mereka ketika jumlah korban tewas akibat gempa bumi paling mematikan di Maroko dalam lebih dari enam dekade meningkat menjadi lebih dari 2.800 jiwa. Sementara tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menemukan penyintas.
Tim pencari dari Spanyol, Inggris, dan Qatar bergabung dalam upaya penyelamatan Maroko setelah gempa berkekuatan 6,8 skala Richter pada Jumat (8/9/2023) malam di Pegunungan High Atlas, dengan pusat gempa 72 km barat daya Marrakesh.
Stasiun televisi pemerintah melaporkan jumlah korban tewas naik 2.862 orang begitu pula dengan korban luka menjadi 2.562 orang. Tim penyelamat mengatakan rumah tradisional yang dibangun dengan batu lumpur mengurangi kemungkinan menemukan korban selamat.
Di antara korban tewas adalah Suleiman Aytnasr yang berusia 7 tahun. Ibunya menggendongnya ke kamar tidurnya setelah ia tertidur di ruang tamu rumah mereka di sebuah dusun di luar Talat N'Yaaqoub, di salah satu daerah yang terkena dampak paling parah. Suleiman seharusnya akan menjadi murid sekolah dasar tahun ini.