Selasa 12 Sep 2023 16:14 WIB

Ukraina Klaim Rebut Kendali Empat Anjungan Pengeboran Gas dari Rusia

Empat anjungan pengeboran gas yang direbut berada dekat Semenanjung Krimea.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Anjungan gas (ilustrasi).
Foto: AP/Ariel Schalit
Anjungan gas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mengklaim telah berhasil merebut kembali kendali atas empat anjungan pengeboran gas di bagian utara Laut Hitam, dekat Semenanjung Krimea. Dalam sebuah video yang direkam pada bulan lalu, pasukan khusus Ukraina memindahkan peralatan militer Rusia.

Rusia menguasai Menara Boyko pada 2015, tak lama setelah negara itu mencaplok Krimea. Pertarungan untuk menguasai perairan strategis ini telah terjadi sejak tahun lalu. Sebuah video dan pernyataan yang dikeluarkan oleh intelijen militer Ukraina, berjudul Pertempuran Laut, memberikan gambaran sekilas mengenai konflik ini.

Baca Juga

Dalam video tersebut terlihat perahu karet kaku melaju melintasi Laut Hitam, membawa tim pasukan khusus Ukraina. Pada satu titik, perahu-perahu tersebut lewat di dekat Pulau Ular, yang juga dikenal sebagai Pulau Zmiinyi, yang direbut oleh Rusia pada hari pertama invasi besar-besaran tahun lalu dan direbut kembali empat bulan kemudian. Pasukan kemudian terlihat memanjat ke salah satu platform dan memindahkan pasokan Rusia, serta peralatan radar penting.

“Di platform pengeboran, Rusia mendirikan gudang amunisi dan bahan bakar untuk helikopter. Mereka juga menempatkan stasiun radar di menara yang dengannya mereka memantau situasi di seluruh Laut Hitam," kata komentar video tersebut, dilaporkan BBC, Senin (11/9/2023).

Radar yang dimaksud, Neva-B, bertindak sebagai repeater, memperluas bidang pandang Rusia di perairan penting antara Ukraina dan Semenanjung Krimea. Video tersebut tampak menunjukkan upaya panik pasukan Ukraina untuk mempertahankan diri dari jet tempur Su-30 Rusia yang berputar-putar di atas kepala mereka.

Ada perayaan ketika rudal anti-pesawat yang dipegang di bahu diluncurkan, hingga menyebabkan jet Rusia tersebut mundur. Tidak ada bukti nyata terjadinya pertempuran lebih lanjut, namun juru bicara intelijen militer mengatakan pasukan Rusia di salah satu platform telah terbunuh.

Menurut intelijen militer, operasi tersebut penuh drama. Termasuk pencarian seorang tentara yang disebut sebagai agen khusus Konan selama 14 jam. Agen itu jatuh ke laut tetapi akhirnya diselamatkan setelah ditemukan oleh drone.

Penjelasan Ukraina mengenai operasi tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun pada tanggal 27 Agustus, Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) mengatakan, telah terjadi pertikaian di sekitar anjungan gas.

“Minggu lalu, sebuah jet tempur Rusia menembaki sebuah kapal kecil militer Ukraina yang beroperasi di dekat sebuah platform di barat laut laut,” kata Kementerian Pertahanan Inggris yang kemungkinan merujuk pada operasi tersebut.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, ini semua adalah bagian dari pertempuran yang tidak terlihat untuk menguasai Laut Hitam bagian utara, yang dianggap penting oleh kedua belah pihak. Platform tersebut memiliki sumber daya hidrokarbon yang berharga, dan dapat digunakan sebagai pangkalan penempatan di garis depan, lokasi pendaratan helikopter, dan untuk menempatkan sistem rudal jarak jauh.

Dalam beberapa hari terakhir, Rusia berulang kali mengklaim telah mencegat kapal-kapal kecil yang membawa pasukan Ukraina di lepas pantai barat Semenanjung Krimea. Tahun lalu, penguasaan Pulau Ular dan anjungan Boyko dipandang sebagai bagian dari ancaman Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam Ukraina.

Drone dan pasukan komando Ukraina melancarkan serangan di sudut barat laut Krimea. Serangan itu merusak pangkalan radar di Semenanjung Tarkhankut. Bahkan tentara memasang bendera Ukraina selama operasi untuk memperingati Hari Kemerdekaan, pada tanggal 24 Agustus. Serhiy Kuzan, dari Pusat Keamanan dan Kerjasama Ukraina yang berbasis di Kiev, menyebut misi menara Boyko sebagai operasi jarak jauh yang berani.

“Kami mengalahkan Rusia karena kami yang pertama mencapai menara dan menghilangkan mata dan telinga Rusia. Sebelum Rusia mengirimkan pesawat mereka untuk melindungi peralatan mereka," ujar Kuzan.

Komentar dalam video yang beredar luas mengatakan, Kiev tidak merahasiakan niatnya untuk merebut kembali Semenanjung Krimea. “Rusia juga kehilangan kemampuan untuk sepenuhnya mengendalikan perairan Laut Hitam, yang membuat Ukraina semakin dekat dengan kembalinya Krimea," kata komentar video tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement