Selasa 12 Sep 2023 17:11 WIB

Hanya 2,8 Persen Orang Menyikat Gigi pada Waktu yang Tepat

Kesadaran terhadap kesehatan gigi dinilai masih rendah.

Rep: Desy Susilawati / Red: Qommarria Rostanti
Menyikat gigi (ilustrasi). Hanya 2,8 persen orang Indonesia yang menyikat gigi tepat waktu.
Foto: www.freepik.com
Menyikat gigi (ilustrasi). Hanya 2,8 persen orang Indonesia yang menyikat gigi tepat waktu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengetahuan masyarakat tentang risiko gula bagi kesehatan gigi dan mulut dinilai masih harus ditingkatkan. Berdasarkan survei Pepsodent, 66 persen orang tua sebenarnya merasa khawatir akan kesehatan gigi dan mulut mereka karena asupan gula, namun di sisi lain 58 persennya menganggap anak-anak boleh menerima asupan gula yang tinggi atau bahkan tidak mengetahui batas yang dianjurkan. 

Ketua Pengurus Besar PDGI, drg Usman Sumantri, MSc, mengatakan sisa makanan atau minuman manis pada gigi menyebabkan bakteri berkembang lebih cepat. Bakteri ini memfermentasi sisa karbohidrat pada gigi menjadi asam dan membuat lapisan gigi lebih rentan berlubang.  

Baca Juga

"Sebuah studi menunjukkan, saat seseorang mengonsumsi satu sampai dua porsi minuman berpemanis setiap hari, maka risiko gigi berlubangnya meningkat hingga 31 persen," ujarnya dalam acara Konferensi Pers Peresmian Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2023: “Edukasi Masyarakat Mengenai Pentingnya Membatasi Konsumsi Gula Untuk Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut”, Selasa (12/9/2023).

Ia mengatakan, kita tentu tidak bisa sepenuhnya menghindari gula karena fungsinya sebagai sumber energi dan pendorong fungsi kerja otak. Namun, konsumsinya harus dibarengi perilaku menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur, dan rutin berkonsultasi ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.

Faktanya, hanya 2,8 persen masyarakat yang menyikat gigi di waktu yang tepat. Kesadaran untuk berkunjung ke dokter gigi juga masih sangat rendah, dimana 95,5 persen masyarakat Indonesia mengaku tidak pernah ke dokter gigi selama setahun. Artinya, kebiasaan menyikat gigi yang tepat masih perlu ditanamkan, disertai akses layanan kesehatan gigi dan mulut yang lebih merata. 

Head of Professional Marketing Personal Care Unilever Indonesia, drg Ratu Mirah Afifah, GCClinDent, MDSc, mengatakan saat ini masyarakat Indonesia kian rentan mengalami gigi berlubang akibat konsumsi gula yang semakin tinggi. Bahkan di 2023, konsumsi gula per kapita diproyeksi meningkat hingga 9 persen dari 2019.

Brand Ambassador Pepsodent, Raisa dan Hamish Daud mengatakan meski suka makanan dan minuman manis, mereka sadar pentingnya membatasi konsumsi gula, dan bahwa kegemaran ini harus diimbangi dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut. "Keluarga kami selalu bikin ritual yang menyenangkan setiap sikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur, misalnya dengan nyanyi bareng," ujarnya.

Selain itu, setiap enam bulan mereka mengajak anak untuk kontrol sehingga nggak takut ke dokter gigi. "Kalau kami bisa, semua keluarga Indonesia juga pasti bisa, yuk kita awali kebiasaan baik jaga kesehatan gigi dan mulut," kata Raisa.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X – Wakil Gubernur DI Yogyakarta menyampaikan, menjaga kesehatan mulut dan gigi adalah salah satu kebiasaan baik yang harus diajarkan sejak kecil. Orang tua harus lebih aware untuk melakukan pemeriksaan sejak dini agar mencegah kerusakan gigi pada anak. Selain itu, harus dapat ditekankan bahwa pemeriksaan gigi bukan sesuatu yang menakutkan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement