Rabu 13 Sep 2023 02:23 WIB

Hobi Nge-Vape? Ternyata Ini Risikonya untuk Anak Muda

Ada kaitan erat antara konsumsi rokok elektrik dan stres kronis.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Anak muda yang mengonsumsi rokok elektrik sering merasakan tingkat stres yang tinggi dalam hidup mereka.
Foto: AP Photo/Bebeto Matthews
Anak muda yang mengonsumsi rokok elektrik sering merasakan tingkat stres yang tinggi dalam hidup mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi menemukan bahwa generasi muda yang suka nge-vape, dua kali lebih mungkin mengalami stres kronis. Menurut para peneliti di Kanada, anak muda yang mengonsumsi rokok elektrik sering merasakan tingkat stres yang tinggi dalam hidup mereka.

Penelitian sebelumnya, telah menunjukkan bagaimana vaping memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak muda. Adapun melalui studi ini, peneliti sangat tertarik dengan hubungan antara vaping, kesehatan mental, dan kualitas hidup di kalangan anak muda.

Baca Juga

Penelitian ini menggunakan data dari Survei Tindakan Kesehatan Kanada. Dari 905 peserta yang berusia antara 15 dan 30 tahun, 115 (12,7 persen) melaporkan sebagai perokok elektrik. Data ini mengungkapkan bahwa pengguna vape muda, meskipun secara umum lebih aktif secara fisik, sering kali melaporkan merasakan efek stres yang ekstrem.

Ilmuwan senior di The Hospital for Sick Children (SickKids) sekaligus peneliti studi, Dr Teresa To, menjelaskan bahwa stres kronis dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

“Penting bagi kaum muda yang mengalami stres kronis untuk mendapatkan dukungan sejak dini agar mereka tidak menggunakan mekanisme koping yang tidak sehat seperti vaping atau merokok. Vaping bukanlah cara yang efektif untuk mengatasi stres, tetapi stres dan kecemasan dapat memicu keinginan untuk menggunakan vape, dan mempersulit pengguna untuk berhenti," kata Teresa seperti dilansir Study Finds, Selasa (12/9/2023).

Teresa mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan faktor-faktor, yang diketahui mempengaruhi stres, termasuk pendapatan, konsumsi alkohol, dan masalah kesehatan seperti asma dan diabetes.

"Kami tidak tahu mengapa anak muda yang menggunakan rokok elektrik cenderung lebih aktif secara fisik, tetapi bisa jadi mereka mencoba mengendalikan berat badan dengan berolahraga dan percaya bahwa vaping dapat membantu," lanjut Teresa.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa pengguna vape muda memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, namun memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami tanda-tanda penurunan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi. Hal ini mungkin karena mereka memiliki kesehatan fisik yang baik secara keseluruhan.

“Namun, kita perlu mempelajari efek rokok elektrik dalam jangka panjang untuk memahami dampaknya terhadap kesehatan anak muda. Kita tahu bahwa stres menginduksi stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh dan ini memainkan peran penting dalam risiko pengembangan kondisi kronis seperti asma, diabetes dan penyakit kardiovaskular," jelas Teresa.

Vaping masih relatif baru, tetapi jumlah anak-anak dan remaja yang menggunakan rokok elektrik meningkat dengan cepat. Karena itulah, Teresa menekankan pentingnya lebih banyak penelitian tentang dampak vaping, guna meningkatkan kesadaran akan bahayanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement