Selasa 12 Sep 2023 22:37 WIB

Umat Islam Nusantara Berperan dalam Ekonomi Eropa dan Sejarah yang Cacat oleh Barat

Umat Islam Nusantara turut berkontribusi dalam perekonomian Eropa

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Kedatangan saudagar rempah. (ilustrasi), Umat Islam Nusantara turut berkontribusi dalam perekonomian Eropa
Foto: wikipedia
Kedatangan saudagar rempah. (ilustrasi), Umat Islam Nusantara turut berkontribusi dalam perekonomian Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sepeninggal Rasulullah SAW, peradaban Islam terus mengalami kemajuan. Tak hanya di jazirah Arab, pengaruh Islam bahkan menyinari negeri-negeri dunia termasuk Eropa. 

Salah satunya adalah pengaruh ekonomi yang tersirat dari penemuan mata uang Islam di benua biru tersebut. Dari mana muasalnya?

Baca Juga

Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah Jilid 1 menjelaskan, dalam perkembangan niaga Islam ke Eropa seperti Inggris dan Rusia, sangat langka untuk memperoleh informasi sejarahnya secara benar.

Padahal di wilayah ini ditemukan mata uang Islam yang tersebar di Rusia, Finlandia, Swedia, dan Norwegia. Terdapat juga peninggalan mata uang Islam di Inggris, Irlandia, Baltik, dan nehara-negara Skandinavia. 

Fakta ditemukannya mata uang Islam tersebut merupakan bukti betapa luasnya pengaruh ekonomi perdagangan dan budaya Islam yang terjadi pada abad ke-7 hingga abad ke-11 Masehi di dunia Barat.

Tidak berbeda tentang sejarah mata uang yang pernah dikeluarkan oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta, Kesultanan Banten, dan lainnya yang menyiratkan adanya pengaruh ekonomi mereka pada wilayah-wilayah ekspansinya. 

Sama halnya dengan mata uang Islam yang ditemukan di Eropa, peran aktif wirausahawan Nusantara pun tidak tertuturkan sama sekai dalam dunia perniagaan internasional. 

Padahal, rempah-rempah yang diperdagangkan di pasar Eropa dihasilkan dari Nusantara Indonesia. Rempah-rempah itu juga merupakan komoditi perniagaan yang sangat penting dalam dunia niaga saat itu. Dampaknya, tempat dan jalan menuju ke pusat rempah-rempah dirahasiakan. Pengaruhnya, nama-nama kepulauan di Nusantara menjadi tidak disebutkan dalam penulisan sejarahnya. 

Barangkali hal ini pula yang mengakibatkan Barat belum memahami betapa luasnya Nusantara Indonesia. 

Baca juga: 5 Fakta Ini Jelaskan Mengapa Bangsa Romawi Diabadikan dalam Alquran

Mereka hanya memahami nama wilayah India dan China. Apa yang sebenarnya disebut dengan India, Barat, tidak juga mengetahuinya. Dampaknya, dalam pandangan Barat terdapat banyak wilayah yang disebut dengan nama India.

Barat baru memahami India dan Nusantara Indonesia atau saat itu disebut sebagai kepulauan India, setelah masuk abad ke-16. 

Artinya, setelah benar-benar Barat atau Kerajaan Katolik Portugis masuk ke anak benua Indis. Ternyata, setalah sampai ke India, baru disadari India bukan pusat rempah-rempah sebenarnya.

Baca juga: Bersyahadat tanpa Paksaan, Mualaf Julianne Froyseth: Islam Agama yang Rasional

Sebagai catatan, JC van Leur dalam Indonesia Trade and Society menyatakan, Islam semula tidak memiliki lembaga dakwah khusus. 

Tetapi, Islam mengajarkan setiap Muslim untuk dapat bertindak sebagai propagandis atau dai yang mendakwahkan ajaran Islam. Walaupun baru mengenal satu ayat.

Oleh karena itu, wirausahawan Arab Muslim dan wirausahawan pribumi Muslim menjadikan pasar-pasar di Nusantara Indonesia sebagai medan penyampaian ajaran Islam. 

Boleh jadi, penemuan mata uang Islam di Eropa dimulai oleh para wirausahawan Muslim yang lama-kelamaan memberikan pengaruh kepada ekonomi Eropa dahulu hingga menjadi Eropa yang sekarang kita kenal.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement