Rabu 13 Sep 2023 19:58 WIB

Cegah Tindak Pelecehan di Sekolah, Wali Kota Bogor Minta KPAID Edukasi Siswa

Seorang guru SD negeri di Bogor diduga melakukan pelecehan terhadap sejumlah siswi.

Rep: Antara/Shabrina Zakaria/ Red: Irfan Fitrat
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Kasus oknum guru SD negeri yang diduga melakukan pelecehan terhadap sejumlah siswi menjadi atensi Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Mengantisipasi kejadian serupa, Bima Arya meminta para siswa diedukasi.

“Kita prihatin bahwa kasus ini tidak terdeteksi sejak awal karena kasusnya (diduga) dari bulan Desember (2022). Ya maka perlu ada edukasi penyuluhan agar semua bisa paham, anak-anak berani melapor, berani bercerita kepada semuanya, dan harus diberi edukasi bahwa ini peristiwa yang betul-betul tidak patut,” kata Bima Arya, Rabu (13/9/2023).

Baca Juga

Untuk itu, Bima Arya mengatakan, pemerintah daerah berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor. Ia meminta KPAID dapat mengedukasi para siswa, sehingga bisa menghindari dan mengantisipasi potensi tindak pelecehan di sekolah.

Menurut Bima Arya, edukasi juga perlu disampaikan para guru mengenai adab dan tingkah laku supaya anak-anak tidak takut melapor ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Terkait kasus yang ditangani kepolisian saat ini, Bima Arya meminta KPAID dan Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk melakukan pendampingan terhadap siswi yang diduga menjadi korban pelecehan oknum guru.

Oknum guru salah satu SD negeri di Kota Bogor, berinisial BBS (30 tahun), ditangkap jajaran Polresta Bogor Kota, pada Senin (11/9/2023). Penangkapan dilakukan setelah polisi menindaklanjuti laporan dari orang tua yang anaknya diduga menjadi korban. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, tersangka diduga sudah melakukan tindakan pelecehan itu sejak Desember 2022. Hingga Selasa (12/9/2023), Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bogor Kota Kompol Rizka Fadhila mengatakan, ada delapan orang tua yang melaporkan anaknya menjadi korban oknum guru tersebut. 

Empat korban disebut sudah dimintai keterangan dan menjalani visum. “Kita masih pendalaman. Tapi, hasil pemeriksaan, ada yang (dilecehkan) lebih dari satu kali. Jadi, ada korban yang lebih dari satu kali,” kata dia, Selasa.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement