Rabu 13 Sep 2023 21:12 WIB

Rusia Sayangkan Jepang tak Transparan Soal Pembuangan Limbah PLTN Fukushima

Rusia menilai tidak ada keterbukaan dari Jepang soal limbah PLTN Fukushima

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Reaktor PLTN Fukushima Daiichi
Foto: telegraph.co.uk
Reaktor PLTN Fukushima Daiichi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia menyayangkan minimnya transparansi Jepang dalam proses pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN Fukushima). Sebelumnya Cina telah mengeluhkan hal serupa.

“Sayangnya, kami tidak melihat transparansi, tidak ada keterbukaan dalam tindakan Tokyo, padahal inilah yang kami serukan,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova saat mengomentari tentang pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima, Rabu (13/9/2023), dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Zakharova mengungkapkan, sejauh ini Jepang hanya merilis pernyataan-pernyataan dan mempublikasikan aksi pejabat mengonsumsi ikan yang diklaim ditangkap di wilayah pembuangan limbah nuklir. “Kami tidak melihat apa yang kami serukan, yaitu kerja normal, berbasis bukti dan ilmu pengetahuan, transparan dan terbuka dengan semua pihak yang telah menyuarakan keprihatinan. Kami tidak melihatnya karena memang tidak ada,” ucapnya.

Dia berharap Jepang memberikan penjelasan terperinci mengenai semua aspek pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima yang menjadi perhatian seumlah negara. “Pendirian kami adalah, jika perlu, Tokyo harus mengizinkan pemantauan kondisi radiasi di daerah di mana air tersebut dilepaskan,” ujar Zakharova.

Sebelumnya Pemerintah Cina mendesak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) segera merilis pengaturan pemantauan pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. Desakan itu disampaikan setelah Jepang menyelesaikan fase pertama pembuangan limbah PLTN Fukushima ke laut.

“Sebanyak 7.800 ton air yang terkontaminasi nuklir telah dibuang ke laut, namun komunitas internasional masih belum mendapat informasi mengenai pengaturan pemantauan khusus yang dilakukan Sekretariat IAEA,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning dalam pengarahan pers, Selasa (12/9/2023).

Dia menekankan, dunia menyerukan adanya pengaturan pemantauan internasional yang melibatkan partisipasi penuh dan substantif dari negara-negara tetangga Jepang serta pemangku kepentingan lainnya dalam proses pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima. Mao pun mengingatkan rencana pemantauan terperinci yang mencakup aspek-aspek seperti kategori radionuklida, frekuensi, lokasi, ruang lingkup, dan pelaporan. “Jepang dan Sekretariat IAEA perlu menanggapi permasalahan ini secara serius dan bertanggung jawab,” ucap Mao.

“Saya juga perlu menekankan bahwa tidak ada pemantauan yang dapat dibaca sebagai dukungan terhadap pembuangan limbah laut di Jepang atau memberikan legitimasi atau legalitas apa pun yang diinginkan oleh Jepang. Jepang harus segera berhenti mengalihkan risiko polusi nuklir ke seluruh dunia,” tambah Mao.

Jepang telah menyelesaikan fase pertama pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. Proses pembuangan dimulai pada 24 Agustus 2023 lalu. Dilaporkan Anadolu Agency, operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), dalam keterangannya pada Senin (11/9/2023) mengungkapkan, sejak 25 Agustus 2023, sekitar 460 ton air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang telah diolah dilepaskan ke laut setiap harinya. Dalam fase pertama pembuangan, sebanyak 7.800 ton air limbah PLTN Fukushima sudah dibuang.

Menurut TEPCO, jumlah air limbah PLTN Fukushima yang dibuang di fase pertama sudah sesuai rencana, yakni sebanyak 10 tangki penyimpanan. TEPCO mengungkapkan, untuk fase kedua, pihaknya akan terlebih dulu melakukan pemeriksaan fasilitas pembuangan selama tiga pekan. Jika persiapan terpenuhi, proses pembuangan kedua akan dimulai kembali. 

Hingga Maret 2024, TEPCO berencana melakukan empat putaran pembuangan. Total 31.200 ton air limbah radioaktif PLTN Fukushima akan dilepaskan ke laut. Jumlah itu setara dengan 40 tangki penuh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement