Kamis 14 Sep 2023 15:01 WIB

PLN Jajaki Penerapan Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Emisi Karbon di PLTU

Penerapan CCS tengah diseriusi pemerintah memanfaatkan reservoir bawah tanah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Friska Yolandha
Ilustrasi carbon capture storage (penangkapan dan penyimpanan karbon)
Foto: Freepik
Ilustrasi carbon capture storage (penangkapan dan penyimpanan karbon)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mulai menjajaki penggunaan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) atau penyimpanan emisi karbon pada pembangkit listrik. Penerapan CCS belakangan mulai diseriusi pemerintah dengan memanfaatkan reservoir bawah tanah sebagai tempat penyimanan emisi agar tak menjadi polusi udara. 

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan perseroam telah menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon demi mengejar target Net Zero Emissions 2060. Di mana CCS menjadi salah satu strategi perusahaan. 

Baca Juga

“PLN memainkan peran penting dalam transisi energi Indonesia ke energi bersih. Kami telah memiliki peta jalan transisi energi yang komprehensif dan berkomitmen untuk menjalankan peta jalan tersebut untuk mencapai Net Zero Emissions pada 2060 atau lebih cepat,” kata Darmawan, Kamis (14/9/2023). 

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem Evy Haryadi menilai, pengembangan CCS di Indonesia mulai makin masif dan menjadi salah satu strategi yang diusung pemerintah untuk mengurangi emisi karbon. PLN sebagai perusahaan listrik juga memiliki potensi pengembangan CCS ini.

"Total kapasitas pembangkit PLN berbasis batu bara dan gas yang menghasilkan karbon dan berpotensi diretrofit dengan teknologi carbon capture mencapai 37,6 Gigawatt (GW). Di mana, dengan potensi ini, PLN bisa menggaet peluang bisnis CCS ke depan," ujar Evy.

Saat ini PLN juga agresif melakukan studi penerapan CCS di beberapa pembangkit milik PLN. Menggandeng mitra seperti JERA, Karbon Korea, Inpex, Medco dan GE PLN mencoba melakukan studi penerapan CCS ini di PLTU maupun PLTGU milik PLN.

"Kami tentu saja terbuka atas kolaborasi teknologi dan studi. Saat ini, kami melakukan studi dengan berbagai mitra di 4 PLTU dan 2 PLTGU milik kami," ujar Evy.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menyampaikan penerapan CCS sangat penting untuk mempercepat dekarbonisasi di mana Indonesia saat ini berada di posisi utama untuk menjadi pusat CCS regional. 

Di samping itu, Jodi juga memaparkan bahwa pemerintah senantiasa memberikan dukungan bagi pengembangan CCS dalam mencapai masa depan yang lebih bersih dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Kami mengajak para pemangku kepentingan untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan ini dan bersama-sama mewujudkan visi kita untuk dunia yang lebih baik," tambah Jodi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement