Kamis 14 Sep 2023 21:49 WIB

Menteri UMKM Pun Terheran-heran, Kok Bisa Barang Dijual Sangat Murah di Tiktok?!

Murahnya barang yang dijual di Tiktok membuat UMKM tak bisa bersaing.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Pedagang menawarkan barang dagangannya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (11/9/2023). Menurut pedagang, penjualan secara daring melalui siaran langsung di media sosial telah meningkatkan omzet penjualan mencapai 100 persen dengan jumlah pesanan mencapai ratusan setiap harinya dari sejumlah kota besar di Indonesia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang menawarkan barang dagangannya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (11/9/2023). Menurut pedagang, penjualan secara daring melalui siaran langsung di media sosial telah meningkatkan omzet penjualan mencapai 100 persen dengan jumlah pesanan mencapai ratusan setiap harinya dari sejumlah kota besar di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengaku belum mendapat jawaban pasti terkait murahnya berbagai barang yang dijual di Tiktok. Meski begitu, kata dia, kementerian sudah sempat memanggil platform media sosial itu.

"Belum (ada jawaban), mereka (Tiktok) bilang itu seller-nya yang jual," ujar dia kepada wartawan di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Ia menuturkan, murahnya barang yang dijual di Tiktok membuat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak bisa bersaing. Dirinya pun heran, bagaimana bisa penjual di Tiktok menjual murah?

Padahal, ada biaya logistik, promosi, dan lainnya. Teten pun meminta semua e-commerce agar bisa membantu UMKM Indonesia dan mendukung berbagai usaha tersebut.

"Jangan membenturkan seller dengan UMKM yang memproduksi barang. Penjual maupun influencer mendapatkan benefit jualan, namun di sisi lain UMKM mulai kesulitan. Di sisi lain ada UMKM yang produksi sudah nggak bisa produksi lagi, lumpuh," ujarnya.

Ia menyatakan, masalah pada UMKM akan berdampak pada masyarakat yang mendapatkan pekerjaan dari usaha tersebut. Menurut data 97 persen lapangan kerja berasal dari UMKM, artinya produksi bisa hancur jika produksi masih bermasalah.

"97 persen lapangan kerja di UMKM. Kalau produksi kita sampai hancur lumpuh pengangguran meningkat dan daya beli turun," tegas Teten.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement