REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika menyebut agama Islam, seringkali kata pertama yang terlintas di benak adalah perdamaian. Kata Islam berasal dari kata infinitif 'sa-la-ma', yang juga merupakan akar kata salam, yang berarti perdamaian.
Islam adalah cara hidup yang mengedepankan perdamaian, martabat, rasa hormat, toleransi, keadilan dan belas kasihan. Semua kualitas ini diimbangi dengan ketenangan yang timbul dari ketundukan kepada Allah. Adapun payung atau sifat yang mendasari hal-hal ini adalah belas kasihan.
Belas kasih atau kasih sayang adalah salah satu tema utama di seluruh Alquran. Dalam QS Al-A'raf ayat 52 disebutkan, "Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
Belas kasihan adalah kualitas hidup yang mewujudkan kelembutan, kesalehan, perhatian, perhatian, cinta dan pengampunan. Ketika kualitas-kualitas ini terlihat di dunia, maka itu hanyalah cerminan rahmat Allah terhadap ciptaan-Nya.
Allah SWT berfirman dengan jelas bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi seluruh makhluk, tidak hanya bagi keluarga dan sahabatnya, bagi bangsa Arab, bagi generasinya, atau bagi manusia saja.
Dalam QS Al-Anbiya' ayat 107 disebutkan, "Dan Kami tidaklah mengutus engkau -wahai Muhammad- melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk, disebabkan mulianya sifatmu berupa rasa komitmen dan tekad untuk memberikan hidayah pada manusia dan menyelamatkan mereka dari azab Allah."
Nabi Muhammad adalah perwujudan rahmat. Ia tidak hanya menunjukkan belas kasihan kepada semua orang di sekitarnya, termasuk musuhnya, tetapi juga pada lingkungan dan binatang yang ada di dunia.
Dilansir di //About Islam//, Kamis (14/9/2023), apa yang Beliau lakukan merupakan contoh dan pengajaran kepada para pengikutnya. Sebagaimana hewan adalah bagian dari ciptaan Allah, mereka juga harus diperlakukan dengan bermartabat dan hati-hati.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW seolah menjadi pengingat bahwa umat manusia ditempatkan di bumi ini untuk menjadi pemelihara ciptaan Allah. Memperlakukan hewan dengan baik dan penuh kasih sayang, hanyalah salah satu tanggung jawab yang tertanam dalam pemeliharaan tersebut.
Kata-kata dan perilaku Nabi Muhammad SAW juga memperjelas bahwa menyakiti dan menderita makhluk tak berdaya bukan saja tidak dapat diterima, namun kita juga harus bertanggung jawab kepada Allah SWT atas tindakan tersebut.
“Barangsiapa membunuh burung pipit karena iseng, maka burung pipit itu akan berseru pada hari kiamat, ‘Ya Tuhan! Orang itu membunuhku dengan sia-sia! Dia tidak membunuhku untuk tujuan yang berguna.'” (An-Nasa’i)
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa membunuh burung pipit atau apa pun yang lebih besar dari itu tanpa alasan yang adil, maka Allah akan meminta pertanggungjawabannya pada hari kiamat.”
Para pendengar bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan perkara yang adil?” Dia menjawab, “Bahwa dia akan membunuhnya untuk dimakan, bukan hanya memenggal kepalanya lalu membuangnya.” (An–Nasa’i)
Islam mengharapkan umat manusia dapat memperlakukan semua hewan (semua makhluk hidup baik itu burung, makhluk laut dan serangga) dengan hormat dan bermartabat. Nabi Muhammad SAW terus menerus menasihati umat manusia untuk menunjukkan kebaikan.
Beliau melarang praktik memotong ekor dan surai kuda, mencap hewan di titik lemah mana pun, atau memberi beban pada kuda jika tidak diperlukan (Muslim). Jika Nabi melihat hewan yang kelebihan beban atau kekurangan makanan, beliau akan berbicara lembut kepada pemiliknya dan berkata, “Takutlah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap hewan.” (Abu Dawud)
Menahan diri dari kekejaman fisik terhadap binatang saja tidak cukup. Tidak melakukan kekejaman secara mental juga sama pentingnya. Bahkan, tekanan emosional seekor burung pun harus ditanggapi dengan serius.
Salah satu sahabat Nabi Muhammad meriwayatkan, “Kami sedang dalam perjalanan dan selama Nabi tidak ada, kami melihat seekor burung dengan dua anak ayamnya, kami mengambilnya. Induk burung itu berputar-putar di atas kami di udara, mengepakkan sayapnya dengan sedih.
Ketika Nabi Muhammad SAW kembali, beliau bersabda, “Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan mengambil anak-anaknya? Kembalikan itu padanya.”
Umat manusia harus mencapai keseimbangan dalam perlakuannya terhadap hewan. Semua makhluk hidup ditaruh di muka bumi ini oleh Allah untuk kemaslahatan. Mereka tidak berada pada level yang sama dengan manusia, tetapi bukan berarti mereka boleh diperlakukan dengan kejam.
Merupakan tanggung jawab umat manusia untuk memastikan bahwa mereka memiliki makanan, air dan tempat berlindung dari cuaca buruk. Makhluk hidup tidak boleh dibebani secara berlebihan, dianiaya, atau disiksa dan hal tersebut pasti akan mengakibatkan azab Allah yang adil.
Orang yang beriman sejati kepada Allah SWT akan menunjukkan keyakinannya dengan menghormati seluruh ciptaan-Nya. Pun karakter serta tindakan Nabi Muhammad SAW adalah contoh cemerlang dari rasa hormat terhadap semua yang ada.
Sumber:
https://aboutislam.net/shariah/prophet-muhammad/a-mercy-for-all/prophet-says-kindness-animals/