Jumat 15 Sep 2023 15:39 WIB

Siswi Pakai Make-Up ke Sekolah, Bagaimana Sikap Terbaik Guru?

Aturan larangan make-up di sekolah dinilai sudah baik, tapi...

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Tangkapan layar video guru meghapus make-up siswisnya di sekolah.
Foto: Dok tangkapan layar video guru di SMAN 1 Berg
Tangkapan layar video guru meghapus make-up siswisnya di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga Nuzulia Rahma Tristinarum memberikan pandangan soal video viral seorang guru yang menghapus make-up siswinya menggunakan tisu basah di Semarang. Menurut dia, aturan larangan make-up sebenarnya sudah baik, tapi dia meminta agar sekolah memberikan edukasi mengapa aturan tersebut ada.

Sebab, remaja merupakan usia saat anak sudah memasuki masa pubertas. Pada masa ini, ada beberapa perubahan perilaku yang terlihat.

Baca Juga

"Mereka akan lebih memerhatikan penampilan fisik, ingin tampil cantik dan menarik. Mereka juga sangat peduli untuk diakui dan diterima oleh teman sehingga terpengaruhi untuk ikut tren. Terakhir, mereka senang mencoba hal-hal baru," kata Nuzulia kepada Republika.co.id, Jumat (15/9/2023).

Oleh karena itu, dia menyarankan agar para siswa dapat mengetahui alasan kenapa aturan larangan make-up diterapkan. Sekolah bisa memberikan manfaat dan konsekuensi mengenai aturan tersebut. 

Mengenai make-up, biasanya para siswi memang di masa pubertas senang terhadap hal-hal yang terkait dengan kecantikan dan penampilan diri. Dalam hal ini, sekolah bisa memberikan edukasi mengenai perawatan diri. 

"Tampil cantik tidak hanya dari make-up tetapi lebih kepada perawatan diri dan self esteem. Edukasi lah dalam membentuk mindset yang baik terkait kecantikan pada siswa siswi sekolah. Jadi jangan langsung main hukum saja. Hukuman tidak akan efektif jika mindset mereka tidak diubah. Karena remaja zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman dulu," ujarnya.

Psikolog anak Alzena Masykouri mengatakan remaja juga harus mengikuti aturan di mana pun mereka berada, termasuk di sekolah. "Semua individu sejak usia dini sampai lansia tentu dibatasi dengan aturan agar norma masyarakat bisa berjalan, termasuk remaja. Bukan berarti karena remaja masanya mencari jati diri lantas boleh melanggar aturan," kata Alzena.

Dalam konteks larangan make-up di sekolah, mereka perlu diajak diskusi. Ini diperlukan supaya mereka memiliki pemahaman akan aturan yang diterapkan.

"Norma itu biasanya juga soal pantas atau tidak pantas. Yang remaja perlu belajar adalah bagaimana bersikap patuh terhadap aturan. Sementara orang tua tugasnya memonitor pelaksanaan aturan. Jika sekolah menerapkan aturan untuk tidak mengenakan make-up ke sekolah, maka orang tua punya kewajiban untuk seiya-sekata dengan sekolah sebagai mitra dalam mendidik anaknya," ucapnya. 

Soal larangan make-up ini, warganet juga memberikan pandangannya. Kebanyakan mereka mendukung larangan ini.

"Yang bilang gurunya boleh, muridnya engga. Yauda sana jd guru. mereka kerja. Kalian itu masi sekolah, fokusnya belajar. Kecuali kalian sekolah kecantikan," ujar @arien*******.

"Jaman-ku SMA, boro2 makeup atau skincare. Pake suncreen aja kagak. Cuma modal bedak tabur my baby aja????," ucap @icha_***********.

"Aku padamu bu guru, smg guru2 di sekolah lainnya bs seperti bu guru ini, krn di jam sekolah ga cocok siswa ber make-up," kata @nungky********. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement