REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid menegaskan, PKS dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebenarnya sudah sering membangun koalisi. Karenanya, ia membantah pihak-pihak yang menyebut koalisi ini tidak mungkin terjadi.
"Koalisi PKS dan PKB ini bukan bid'ah, bukan baru dimulai," kata HNW, Jumat (15/9).
Ia mengingatkan, sejak awal reformasi malah PKS dan PKB sudah membangun koalisi. Tepatnya, saat PKB mencalonkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai capres dan PKS masuk dalam koalisi membangun poros tengah.
Bahkan, ia menekankan, koalisi dengan PKS itu turut membantu PKB dalam membuktikan kalau mereka mempu menjadikan tokohnya sebagai Presiden RI. Sekaligus, membuktikan seberapa kuat koalisi dari partai-partai Islam.
Apalagi, ia menerangkan, pada periode pilpres lain sebenarnya ada pula tokoh-tokoh dari PKB yang maju, tapi tidak berhasil menang. Salah satunya Hasyim Muzadi yang jadi cawapres Megawati Soekarnoputri.
"Justru, ketika berkoalisi dengan partai Islam tokoh NU jadi presiden," ujar HNW.
Selain itu, ia mengungkapkan, selama ini sudah ada 40-50 koalisi PKS dan PKB dalam berbagai kontestasi pemilihan kepala daerah. Bahkan, cukup banyak dari koalisi itu yang sukses melahirkan kepala-kepala daerah.
Maka itu, HNW membantah pengamat-pengamat yang belakangan memprediksi koalisi antara PKS dan PKB tidak akan terjadi. Bahkan, menyebut kalau percobaan koalisi antara PKS dan PKB seperti mencampur minyak dan air.
"Itu kompor," kata HNW.
Faktanya, ia menambahkan, sudah lebih dari 40 koalisi yang dibangun PKS dan PKB, baik untuk kontestasi pilkada maupun pilpres. Menurut HNW, kemenangan Gus Dur jadi bukti suksesnya koalisi yang dibangun PKS-PKB.
"Koalisi poros tengah kala itu, ada PKB dan PKS, itulah koalisi yang berhasil menjadikan tokoh NU, Gus Dur, menjadi Presiden Indonesia," ujar HNW.
PKS pada hari ini masih menggelar Musyawarah Majelis Syura untuk menentukan sikap mereka terkait Koalisi Perubahan. Keputusan Majelis Syura akan memastikan apakah mereka mendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.