Jumat 15 Sep 2023 18:25 WIB

Polemik Tayangan Adzan Ganjar, Ini Sikap Ketum PBNU

Setiap politisi dinilai bebas untuk menjadi apa saja sesuai keinginannya.

Rep: Muhyidin/ Red: Teguh Firmansyah
 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Foto: Republika/Havid Al Vizki
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab dipanggil Gus Yahya turut menanggapi polemik tayangan adzan di salah satu jaringan TV swasta yang menampilkan sosok Ganjar Pranowo.

Gus Yahya mengatakan, setiap politisi bebas untuk menjadi apa saja sesuai keinginannya. Yang penting, menurut dia, masyarakat harus bisa melihat semua politisi itu secara rasional.

Baca Juga

“Ya silahkan aja orang mau jadi apa, silahkan aja. Tapi ya sama, pokoknya kita mengajak masyarakat melihat semua politisi, aktor politik ini secara rasional," ujar Gus Yahya saat ditanya usai koneferensi pers di Kantor Pusat PBNU Jakarta, Jumat (15/9/2023).

Putra ulama NU KH M Cholil Bisri ini juga tidak mempermasalahkan jika politisi seperti Ganjar mau ikut dalam tayangan adzan atau tayangan iklan sabun mandi sekali pun. “Ya mau ikut tayangan adzan, sabun mandi atau apa, terserah!,” ucap Gus Yahya.

Sebelumnya, calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo membuat heboh dengan muncul di tayangan adzan di sebuah stasiun televisi. Bawaslu RI sendiri sudah menyampaikan hasil kajian mereka terhadap adzan di televisi yang menampilkan capres dari PDIP tersebut.

Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja mengatakan, tayangan adzan berisi Ganjar itu bukan kampanye. Alasannya, sampai saat ini Ganjar belum tercatat sebagai peserta pemilu. Bagja berdalih, sesuatu baru dikategorikan kampanye jika meliputi adanya peserta pemilu dan adanya pernyataan meyakinkan publik agar memilihnya. "Kan belum daftar," ujar Bagja.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement