REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menangkap tema pertumbuhan struktural Indonesia di bidang energi terbarukan dan juga pemulihan ekonomi Indonesia. Transisi dunia menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan seperti nikel, tembaga, dan bauksit.
"Kami melihat terdapat emiten di pasar saham yang memiliki posisi baik untuk kapitalisasi tren ini," kata Senior Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma melalui keterangan tulis, kemarin.
Selain itu, secara taktikal, MAMI juga melihat potensi dari sektor yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi Indonesia saat ini seperti sektor finansial. Perbankan Indonesia dalam posisi yang baik di mana rasio kredit bermasalah terus menurun, serta likuiditas masih tinggi.
Samuel melanjutkan, dari perspektif makroekonomi, MAMI melihat Indonesia sebagai pasar yang atraktif bagi investor saham. Tahun ini inflasi domestik Indonesia terus melandai, sementara pertumbuhan ekonomi menguat. "Ini adalah kondisi unik yang seharusnya ideal bagi pasar saham," ungkap Samuel.
Dari sisi pertumbuhan laba emiten kami juga melihat kinerjanya baik, sesuai dengan harapan. Sehingga hal itu bukan menjadi faktor negatif yang membayangi sentimen.
Mungkin terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi minat investor domestik seperti ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed, kekhawatiran resesi global, ataupun efek crowding out dari penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel yang menyerap likuiditas dari pasar saham.
Menurut MAMI, valuasi pasar saham Indonesia pada level yang sangat atraktif, berdasarkan price earning ratio (PE ratio) di level 12x atau 22 persen lebih rendah dari rata-rata historis. "Jadi apabila terdapat pembalikan sentimen di pasar, kami melihat potensi upside yang tinggi di pasar saham," kata Samuel.
Beberapa faktor yang dapat menjadi katalis bagi pasar adalah perubahan postur kebijakan The Fed di mana terdapat indikasi suku bunga tidak naik lagi. Selain itu kondisi ekonomi Indonesia yang tetap stabil dapat mengembalikan minat investor domestik terhadap pasar saham.