Jumat 15 Sep 2023 20:51 WIB

OJK Ungkap Hingga Kini Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia Belum 50 Persen

Survei nasional mengungkap indeks literasi keuangan naik dari 38 ke 49,68 persen.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menyampaikan sambutan saat Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas di Jakarta, Selasa (15/8/2023). OJK menggelar Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas dalam rangka meningkatkan literasi keuangan di seluruh kalanganserta menyemarakkan HUT Ke-78 Republik Indonesia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menyampaikan sambutan saat Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas di Jakarta, Selasa (15/8/2023). OJK menggelar Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas dalam rangka meningkatkan literasi keuangan di seluruh kalanganserta menyemarakkan HUT Ke-78 Republik Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menekankan pentingnya literasi keuangan di tengah perkembangan sektor keuangan yang semakin dinamis.

Pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan menjadi salah satu pondasi yang harus diperkuat, agar masyarakat dapat berperilaku bijak dan dapat mengambil keputusan finansial dengan tepat, terutama dalam lingkungan keuangan yang terus berubah.

"Saat ini, Indonesia mempunyai tantangan yang besar. Dengan total populasi penduduk yang mencapai lebih dari 270 juta orang yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau masih memiliki indeks literasi di bawah 50 persen pada tahun 2022. Ditambah dengan perkembangan era digital yang terjadi saat ini di mana pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 200 juta orang, namun tidak disertai dengan literasi digital yang baik,” ujarnya dalam Monthly Business Clinic (MOBIC) bertajuk Literasi Keuangan, Optimalkan Pembiayaan Dengan Cerdas dan Bijak , Jumat (15/9/2023).

Kondisi tersebut merupakan tantangan yang harus Indonesia hadapi, tidak hanya bagi konsumen tapi juga bagi industri jasa keuangan. Menurut CEO BRI Danareksa Sekuritas periode 2020-2022 tersebut terdapat tiga kerentanan utama yang sering terjadi di masyarakat akibat kurangnya pemahaman literasi keuangan, yaitu tingkat pengaduan konsumen yang semakin meningkat, kemudian maraknya aktivitas keuangan ilegal dan kendala pemahaman akses permodalan khususnya untuk UMKM.

Saat ini, industri jasa keuangan memiliki peran penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tidak hanya bergantung pada peran sektor keuangan itu sendiri, tetapi juga pada pemahaman dan kesiapan finansial masyarakat yang menjadi bagian penting dari ekosistem yang berjalan. 

Hasil dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 menunjukkan perkembangan positif, dengan indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 49,68 persen meningkat signifikan dari angka 38,03 persen pada tahun 2019. Meskipun terdapat peningkatan, masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang belum memiliki pemahaman yang memadai mengenai karakteristik dan peraturan berbagai produk serta layanan di sektor jasa keuangan. 

Perkembangan pesat dan digitalisasi di industri keuangan telah menciptakan sistem keuangan yang semakin kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, upaya bersama antara pemerintah, lembaga keuangan, organisasi nonpemerintah, dan sektor swasta dalam meningkatkan literasi dan pemahaman keuangan masyarakat Indonesia menjadi sangat esensial.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement