Sabtu 16 Sep 2023 07:03 WIB

Dolar AS Melemah di Tengah Sentimen Konsumen yang Lebih Rendah

Saat ini tidak ada data yang menunjukkan resesi.

Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) setelah data menunjukkan penurunan sentimen konsumen, namun greenback masih bersiap untuk menguat selama sembilan minggu berturut-turut.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,06 persen menjadi 105,3192 di akhir perdagangan.

Baca Juga

Universitas Michigan merilis pembacaan awal indeks sentimen konsumen pada hari Jumat (15/9/2023), yang turun menjadi 67,7 bulan ini dari 69,5 pada Agustus di bawah perkiraan para ekonom.

Ekspektasi inflasi satu tahun dalam survei tersebut turun menjadi 3,1 persen, terendah sejak Maret 2021. Sementara itu, perkiraan inflasi lima tahun turun ke level terendah dalam 1 tahun sebesar 2,7 persen dari 3,0 persen.

Indeks Kondisi Bisnis Umum survei Manufaktur Empire State Federal Reserve New York naik menjadi 1,9 pada bulan September dari minus 19,0 pada bulan Agustus, lebih baik daripada ekspektasi pasar.

"Saat ini tidak ada data yang menunjukkan resesi. Meski demikian, The Fed masih menunjuk pada akhir tahun depan, tingkat suku bunga yang lebih rendah," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com.

"Jika pasar kredit masih yakin bahwa ketika Anda menaikkan suku bunga sebanyak yang dilakukan The Fed, Anda pada akhirnya akan mengalami resesi... ke mana masyarakat akan pergi? Mereka akan beralih ke dolar," tambahnya.

Federal Reserve akan mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan pada tanggal 19—20 September. Bank sentral tersebut, menurut FedWatch Tool dari CME, sebagian besar dipandang akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, dengan ekspektasi 97 persen untuk tidak mengambil tindakan apa pun.

Di zona euro, penurunan suku bunga tidak masuk dalam agenda Bank Sentral Eropa (ECB), Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bahwa pada hari Jumat (15/9) menolak beberapa spekulasi pasar bahwa pembalikan kenaikan suku bunga dapat dimulai pada paruh pertama tahun 2024.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0660 dolar AS dari 1,0636 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2384 dolar AS dari 1,2402 dolar AS.

Dolar AS dibeli 147,8570 yen Jepang, lebih tinggi dari 147,4410 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,8972 franc Swiss dari 0,8962 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3516 dolar Kanada dari 1,3509 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 11,1821 krona Swedia dari 11,2022 krona Swedia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement