REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sepak bola Indonesia tengah berada dalam tren positif belakangan ini. Rentetan prestasi yang ditorehkan tim nasional (timnas) hingga bergulirnya kembali kompetisi Liga 1 dan Liga 2 membuat asa pecinta si kulit bundar kembali menggeliat.
Hal ini tak pelak meningkatkan popularitas Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang disebut membawa harapan baru bagi sepak bola Indonesia.
Erick sendiri memilih tetap fokus terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Ia menilai pujian dan keinginan masyarakat agar maju dalam kontestasi Pilpres 2024 sebagai apresiasi terhadap kerja keras timnya.
Erick mengatakan sepak bola sudah mendarah daging dan tidak akan pernah bisa dilepaskan dalam hidupnya. Sejak lama, pria kelahiran Jakarta berkecimpung di dunia sepak bola nasional.
"Saya rasa kalau saya ingin masuk ke politik lewat sepak bola, saya sudah lakukan jauh-jauh hari, saya pernah di Persija, zaman Pak Sutiyoso, kenapa waktu itu tidak running (pemilihan) gubernur (DKI Jakarta), lumayan waktu itu, juara," ujar Erick saat pra workshop suporter sepak bola nasional di Hotel Abadi Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (15/9/2023).
Erick juga pernah berada di Persib Bandung dan tidak terbersit sedikit pun keinginan untuk menjadi kepala daerah di Jawa Barat. Bahkan, Erick juga tidak terpikir menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), meski dirinya sukses besar saat memimpin Asian Games.
"Saya tiga kali menolak jadi Ketua PSSI, demi Allah SWT, tetapi kenapa saya menerima kemarin, karena ada kesepakatan FIFA dan Presiden Jokowi pada saat (tragedi) Kanjuruhan, ayo kita perbaiki," ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.
Erick menyampaikan transformasi sepak bola Indonesia tidak akan bisa dilakukan PSSI sendirian. Untuk itu, Erick bersyukur mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Jokowi dalam memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia.
Erick menilai sinergisitas PSSI dan pemerintah dapat menjadi kunci dalam membangun iklim sepak bola berkualitas. Hal ini akan berdampak positif dalam upaya meningkatkan kualitas liga dan timnas.
"Saya sering bilang kepada Exco, kalau mau diperhatikan pemerintah, timnasnya juga harus berprestasi. Siapa pun pemerintahnya, kalau timnasnya berprestasi pasti mikir, cuma kalau timnasnya, PSSI-nya berantakan, nah kalau ini memang ribet. Artinya kita harus tunjukan profesionalisme dan prestasi kita," lanjut pria berdarah Lampung-Majalengka tersebut.
Untuk itu, Erick menegaskan transformasi sepak bola harus dilakukan secara menyeluruh, tak terkecuali dari tubuh PSSI itu sendiri. Erick menyampaikan membenahi PSSI sebagai federasi sepak bola tertinggi di dalam negeri merupakan sebuah amanah yang harus ia jaga. Sebagaimana klub dan kompetisi, Erick juga ingin PSSI menjadi lebih profesional dan terbuka.
"Saya ingin membentuk satgas independen, bukan dari orang PSSI, enggak tahu waktunya kapan, supaya kita di PSSI pun ada check and balance," ucap Erick.
Erick menyampaikan PSSI saat ini juga mendapatkan kepercayaan dan dukungan penuh dari pemerintah dan FIFA. Salah satunya dengan pemberian dana bantuan FIFA senilai Rp 100 miliar untuk membangun training center timnas di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Erick menyampaikan peletakan batu pertama pembangunan training center di IKN akan dilakukan pada 21 September 2023. Selain lapangan latihan, ucap Erick, pemerintah juga memberikan dukungan melalui penyediaan lahan seluas 30 hektare dan membangun infrastruktur dasar.
"Tidak pernah saya rasa sepanjang sejarah, PSSI mendapat duit Rp 100 miliar dari FIFA untuk membangun training center," jelas Erick.
Erick menyampaikan Presiden FIFA Gianni Infantino akan meninjau langsung proses pembangunan training center timnas di IKN pada 9 November. Gianni, ucap Erick, ingin memastikan dana bantuan yang diberikan benar terserap untuk pembangunan training center.
"Karena yang sudah-sudah pendanaan FIFA pun banyak penyelewengan di PSSI, makanya saya lagi mau audit, tapi belum ketemu-ketemu ya karena sistemnya manual," lanjut Erick.
Erick menyampaikan kehadiran Satgas Pengawasan Pengaturan Skor dan Satgas Pengawasan Keuangan juga bagian dari upaya transparansi PSSI. Erick menyebut keterbukaan PSSI akan memberikan kepercayaan dan hal yang positif dalam membangun sepak bola Indonesia yang profesional.
"Saya mau ada keterbukaan, namanya manusia kalau punya kekuasaan, apalagi full itu akan jadi absolute corrupt dan absolute tertutup, nah ini yang saya juga mau, menjaga fundamental PSSI," kata Erick.