REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan bahwa laju deformasi Gunung Merapi dalam sepekan terakhir meningkat dibanding pekan sebelumnya. Peningkatan ini menandakan magma semakin dekat ke permukaan.
Peningkatan deformasi ini dilihat dari pemendekan jarak tunjam yang dipantau menggunakan electronic distance measurement (EDM). Pemantauan dilakukan pada periode 8-14 September 2023.
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 1,4 centimeter per hari, meningkat dari minggu sebelumnya," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Sabtu (16/9/2023).
BPPTKG juga melakukan pemantauan terkait guguran lava yang sepekan ini teramati sebanyak 162 kali. Guguran lava tersebut mengarah ke selatan hingga barat.
Agus menjelaskan, guguran lava ini meliputi 10 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.500 meter, 151 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.000 meter, dan satu kali ke hulu Kali Sat/Putih sejauh 1.200 meter.
"Suara guguran terdengar 15 kali dari Pos (Pengamatan Merapi) Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," ungkap Agus.
Lebih lanjut, Agus menuturkan bahwa untuk intensitas kegempaan pekan ini juga lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya. Pasalnya, BPPTKG mencatat terjadi 39 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.374 kali gempa Fase Banyak (MP), 24 kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 1.015 kali gempa Guguran (RF), dan 11 kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan minggu ini lebih tinggi dari minggu lalu, terutama gempar MP yang mengindikasikan adanya kenaikan aktivitas magmatik di kedalaman kurang dari 1,5 kilometer dari puncak," jelasnya.
Untuk itu, BPPTKG menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Saat ini, status aktivitas Merapi juga masih dalam tingkat siaga atau level 3.
Dengan begitu, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer. Termasuk meliputi Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Sementara, potensi bahaya ini juga pada sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer. "Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," kata Agus.