Ahad 17 Sep 2023 08:15 WIB

IMF Desak Israel Cabut Pembatasan Terhadap Perekonomian Palestina

Kesulitan utama di Tepi Barat dan Gaza yakni pemotongan pendapatan pajak oleh Israel

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Fuji Pratiwi
Bendera Palestina.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Bendera Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Israel mencabut pembatasannya terhadap perekonomian Palestina dan wilayah pendudukan, untuk memberi jalan bagi peningkatan peluang investasi. Laporan IMF mengatakan, pemulihan perekonomian Palestina kehilangan momentun dan diperkirakan terus menurun.

"Di tengah memburuknya situasi keamanan, politik dan sosial, pemulihan (perekonomian Palestina) kehilangan momentum dan pendapatan per kapita diperkirakan menurun dalam jangka menengah," ujar laporan itu, dilaporkan Middle East Monitor, Sabtu (16/9/2023).

Baca Juga

Laporan tersebut menyatakan, krisis fiskal masih belum terselesaikan, di tengah terbatasnya prospek reformasi pengeluaran mendalam yang sangat dibutuhkan dan penyelesaian permasalahan fiskal yang belum terselesaikan dengan Israel. Menurut laporan itu, pertumbuhan kembali pulih pada 2021 setelah pandemi virus korona. Namun turun setengahnya menjadi 3,9 persen pada 2022 dan diperkirakan akan terus menurun menjadi 3 persen pada 2023.

Laporan tersebut menjelaskan, faktor utama yang berkontribusi terhadap kesulitan di Tepi Barat dan Jalur Gaza adalah pemotongan pendapatan pajak oleh Israel. Termasuk dukungan masyarakat internasional yang terus-menerus lemah.

"Mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi memerlukan upaya terkoordinasi dari Otoritas Palestina, Israel, dan komunitas internasional," kata laporan itu.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan lapangan kerja serta pendapatan riil warga Palestina sangat bergantung pada pelonggaran pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap pergerakan, akses dan investasi, termasuk di Area C,  dan pembukaan blokade di Gaza.

Laporan tersebut menyebutkan, sebagian besar sektor perbankan Palestina telah lolos dari krisis ekonomi. Sektor perbankan secara umum tetap stabil di tengah tanda-tanda awal penurunan kualitas aset.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement