REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PANJANG -- Beras kualitas I dan kualitas II alami kenaikan harga selama tiga minggu berturut-turut di Kota Padang Panjang. Kabag Perekonomian dan Sumberdaya Alam Setdako, Putra Dewangga, mengatakan kenaikan harga beras dipicu dampak dari El Nino secara nasional, serta serangan hama tikus di Padang Panjang dan sekitarnya.
“Kenaikan harga beras terjadi secara nasional, untuk tingkat Sumatera Barat sudah dibahas dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tingkat Provinsi pada Kamis (14/9/2023) lalu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar dengan menghadirkan OPD provinsi terkait dan seluruh yang terkait di kabupaten/kota,” kata Putra, Sabtu (16/9/2023).
Dari hasil rapat sudah dirumuskan langkah-langkah untuk mengatasi kenaikan harga beras.
Di antaranya, monitoring atau pemantauan harga dan ketersediaan pasokan beras di seluruh kabupaten dan kota melalui sidak pasar. Memperkuat buffer stock pangan melalui penyimpanan dan penyediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Lalu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di kabupaten dan kota secara intensif mengawasi jalur distribusi beras yang keluar Sumbar bekerja sama dengan Dishub dan Disperdakop UKM. Intensifikasi operasi pasar terutama untuk komoditi beras bekerja sama dengan Bulog dan TTIC.
"Serta, penyelenggaraan pasar murah beras bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Penjajakan subsidi transportasi bekerja sama dengan Dinas Pangan, TTIC, Bulog Sumbar dan melakukan upaya-upaya peningkatan produksi," ujar Putra.
Adapun kenaikan harga beras itu, beras kualitas I naik Rp 125 dari Rp 17.375 menjadi Rp 17.500/kg. Beras kualitas II naik Rp 63 dari Rp 16.250 menjadi Rp 16.313/kg.
Selain itu, sepanjang minggu ketiga September ini terdapat 23 komoditas yang mengalami fluktuasi, baik penurunan harga maupun kenaikan harga. Pergerakan naik terjadi pada tujuh komoditas yang disebabkan berkurangnya pasokan komoditas di pasar sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar.
"Ada 16 komoditas terjadi penurunan harga karena mulai banyaknya pasokan komoditas di pasar sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang menyebabkan turunnya harga," kata dia.
Kenaikan harga terjadi pada gula pasir dari Rp15.000 menjadi Rp15.625/kg. Telur ayam kampung dari Rp57.500 menjadi Rp59.800/kg.
Telur itik dari Rp33.900 menjadi Rp35.400/kg. Kacang tanah dari Rp28.500 menjadi Rp29.000/kg. Buncis dari Rp10.000 menjadi Rp12.000/kg.
Sedangkan komoditi yang turun harga di antaranya daging ayam broiler dari Rp26.250 menjadi Rp26.000/kg. Telur ayam ras dari Rp28.800 menjadi Rp28.600/kg.
Cabai hijau dari Rp40.000 menjadi Rp36.500/kg. Cabai rawit dari Rp42.500 menjadi Rp41.375/kg. Cabai merah dari Rp50.625 menjadi Rp47.875/kg.
Bawang merah dari Rp21.000 menjadi Rp20.125/kg. Bawang putih juga turun dari Rp35.750 menjadi Rp35.625/kg.
Ikan asin teri dari Rp86.250 menjadi Rp85.000/kg. Ketela pohon dari Rp6.500 menjadi Rp6.000/kg. Sawi bola dari Rp7.000 menjadi Rp6.000/kg.
Wortel dari Rp15.000 menjadi Rp13.000/kg. Bawang daun dari Rp15.000 menjadi Rp14.000/kg. Terong dari Rp10.000 menjadi Rp8.000/kg.
Seledri dari Rp25.000 menjadi Rp20.000/kg. Ikan kembung dari Rp65.000 menjadi Rp61.250/kg. Udang dari Rp100.000 menjadi Rp97.500/kg.