REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Empat wilayah di Rusia menjadi pilot project sistem perbankan syariah. Keempat wilayah ini dipilih karena memiliki populasi Muslim yang cukup besar.
Inisiatif perbankan syariah ini ternyata telah lama ditunggu dan membuahkan hasil karena gejolak geopolitik baru-baru ini. Sanksi Barat juga pada akhirnya mempercepat penggunaan sistem syariah.
Penasihat akademis di Universitas Oxford, Dr Diana Galeeva, mengatakan, dalam kondisi saat ini, peluang diversifikasi yang diciptakan oleh perbankan syariah menjadi sangat tepat waktu. Perbankan syariah adalah platform penting dalam membangun hubungan Rusia dan Timur Tengah serta mendorong investasi yang lebih besar.
“Transformasi geopolitik yang luas telah didorong oleh perang di Ukraina, termasuk Rusia yang mengupayakan lebih banyak hubungan ekonomi dengan Timur, dengan peluang baru bagi kedua belah pihak. Pertimbangan serius terhadap keuangan dan perbankan Islam sebagai alternatif terhadap sistem Barat sebagian didorong oleh reorientasi ini," ujar Galeeva, dilansir Al Arabiya, Senin (18/9/2023).
Ide untuk memperkenalkan perbankan Islam pertama kali muncul di Rusia selama krisis keuangan pada 2008, ketika bank menghadapi kekurangan likuiditas dan mulai mencari sumber uang tunai alternatif. Kemudian, pada 2014 setelah aneksasi Krimea, bank-bank Rusia merasakan tekanan tambahan dari sanksi Barat.
“Sebagai tanggapan, Asosiasi Bank Rusia mengusulkan untuk mengizinkan perbankan Islam dan membentuk komite di Bank Sentral untuk mengatur aktivitas bank syariah,” kata Galeeva.
Beberapa ahli percaya bahwa penerapan perbankan syariah di Rusia merupakan inisiatif yang dipikirkan dengan matang untuk melawan sanksi Barat dan mendorong pembangunan ekonomi. Sementara ada pula yang menganggap program tersebut lebih merupakan aksi publisitas dan upaya untuk memoderasi wilayah Muslim miskin di negara tersebut.
“(Rusia) memperkenalkan elemen-elemen atau mengizinkan perbankan Islam dalam sistem perbankannya, namun mereka tidak akan menjadi pemain dominan di Rusia,” ujar Associate Fellow di program Rusia dan Eurasia di lembaga pemikir Inggris Chatham House, Timothy Ash.
Banyak tentara yang tewas di Ukraina....