REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Perubahan daya dukung lingkungan di kawasan lereng gunung Merbabu, khususnya di wilayah Desa Tajuk dan Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang mendapatkan perhatian dari Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha.
Sebelumnya, akses air bersih bagi warga yang ada di kedua desa ini tidak pernah terdampak oleh musim kemarau, karena memiliki sumber air yang cukup bagi kebutuhan warganya.
Namun pada musim kemarau kali ini, warga sejumlah dusun di Desa Tajuk dan Desa Wates ini mengalami krisis air bersih akibat debit mata yang ada air di lingkungan mereka terus mengalami penurunan.
"Seperti di Desa Tajuk, itu sumber mata airnya cukup besar, tetapi sekarang mulai mengecil dan sebagian warganya mulai kesulitan untuk mengakses air bersih," kata bupati, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (18/9/2023).
Oleh karena itu, orang nomor satu di Kabupaten Semarang ini menginginkan rehabilitasi dan upaya-upaya untuk memperkuat kembali daya dukung lingkungan harus dilakukan di wilayah desa yang berada di lereng gunung Merbabu ini.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), telah memiliki program penanaman kembali lahan kritis, baik di lereng gunung Ungaran, gunung Telomoyo dan juga gunung Ungaran.
Harapannya nanti, program-program penanaman maupun penghijauan guna merehabilitasi lingkungan mata air juga akan menyentuh lingkungan seperti di Desa Tajuk maupun Desa Wates d Kecamatan Getasan tersebut.
“Syukur-syukur di awal musim penghujan nanti, penanaman tersebut sudah bisa dilakukan di sana, sehingga pohon yang ditanam nantinya akan dapat tumbuh dengan subur dan upaya untuk merehabilitasi lingkungan dapat berjalan dengan baik," kata Ngesti.
Terkait dengan krisis air bersih yang dialami warga Desa Tajuk dan Desa Wates, Bupati Semarang mengapresiasi Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Semarang yang telah menyalurkan bantuan air bersih sebayak 2.500 liter atau setara 50 mobil tangki.
Bantuan yang disalurkan dalam rangka HUT PMI ke-78 tersebut disalurkan ke wilayah desa terdampak kekeringan yang ada di tiga kecamatan. "Sebagian dari bantuan tersebut juga disalurkan ke Desa Tajuk dan Desa Wates, di Kecamatan Getasan," jelasnya.
Selain Desa Tajuk dan Wates, lanjut bupati, desa-desa lain yang mendapatkan manfaat penyeluran air bersih ini adalah Desa Bancak dan Desa Plumutan di wilayah Kecamatan Bancak serta Desa Rembes, di Kecamatan Bringin.
Desa-desa sasaran penyaluran air bersih ini merupakan wilayah desa yang dampak kekeringannya cukup parah. "Bantuan air bersih guna membantu warga terdampak kekeringan ini sudah disalurkan mulai Ahad (17/9/2023) kemarin," ungkap Ngesti.
Bupati juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak swasta, yang telah membantu mengatasi dampak kekeringan dengan menyalurkan bantuan air bersih ke bebagai lokasi terdampak musim kemarau.
Termasuk bantuan dari Polres Semarang dan sejumlah BUMN. "Penanganan dampak kekeringan dengan bergotong- royong ini akan sangat efektif untuk membantu masyarakat terdampak," katanya.
Saat ini, wilayah Kabupaten Semarang yang terdampak kekeringan, berdasarkan data BPBD Kabupaten Semarang mencapai enam kecamatan. Masing-masing meliputi Kecamatan Ungaran Timur, Pringapus, Bawen, Bancak, Bringin dan Kecamatan Getasan.
Namun begitu tidak semua wilayah kecamatan tersebut mengalami kekeringan. "Dampak kekeringan tersebut hanya terjadi di beberapa lingkungan dusun dan lingkungan desa saja, tidak semua satu wilayah kecamatan," jelas Ngesti.