Senin 18 Sep 2023 20:12 WIB

Telur dan Lele Bisa Cegah Stunting, Lho!

Pahami kebutuhan nutrisi anak sebelum merencanakan kehamilan.

Red: Lida Puspaningtyas
Warga mengikuti acara penyuluhan pengentasan stunting hingga gizi intensif di Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta, Rabu (6/9/2023). Dalam rangkaian kegiatan HARPELNAS (Hari Pelanggan Nasional) 2023, Asuransi Astra memberikan penyuluhan pengentasan stunting hingga gizi intensif kepada Kader Posyandu dan para orang tua serta pemeriksaan kesehatan balita dan remaja putri yang diwujudkan dalam menghadirkan Garda M-Klinik dan kegiatan ini juga merupakan dukungan Asuransi Astra atas arahan pemerintah dalam mencapai target prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024.
Foto: Dok Republika
Warga mengikuti acara penyuluhan pengentasan stunting hingga gizi intensif di Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta, Rabu (6/9/2023). Dalam rangkaian kegiatan HARPELNAS (Hari Pelanggan Nasional) 2023, Asuransi Astra memberikan penyuluhan pengentasan stunting hingga gizi intensif kepada Kader Posyandu dan para orang tua serta pemeriksaan kesehatan balita dan remaja putri yang diwujudkan dalam menghadirkan Garda M-Klinik dan kegiatan ini juga merupakan dukungan Asuransi Astra atas arahan pemerintah dalam mencapai target prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memberi tips mencegah stunting dengan memperbanyak asupan telur dan ikan lele untuk anak-anak.

"Apabila anak diberikan telur sebagai sumber protein hewani sebelum dua tahun maka pertumbuhan otaknya akan sangat pesat, juga lele yang mengandung DHA dan omega 3," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (18/9/2023).

Baca Juga

Pernyataan tersebut disampaikan saat menghadiri sosialisasi program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Pondok Pesantren Nurul Qur'an, Kulon Progo, Jawa Tengah, pada Ahad (17/9/2023).

Pada acara ini, ia juga memberi bantuan telur kepada 15 keluarga penerima untuk enam bulan, sekaligus berpesan agar keluarga bisa secara rutin memberikan telur tersebut sebagai asupan protein untuk anak-anaknya.

Berdasarkan data survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Kulon Progo yakni 15,8 persen dari total populasi anak dengan usia di bawah lima tahun.

"Kondisi di Indonesia saat ini, dari 100 orang masih ada 21 orang yang stunting. Di Kulon Progo sendiri, dari 100 orang yang stunting ada 15 orang," katanya.

Ia menjelaskan mengenai bahaya stunting dan faktor penyebabnya yang perlu diketahui masyarakat.

"Stunting sudah pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Apabila bayi di bawah dua tahun (baduta) stunting, cenderung memiliki perkembangan kognitif yang kurang maksimal, nanti ketika dewasa bisa tertinggal karena kemampuan produktivitasnya rendah dan mudah terkena penyakit," katanya.

Lebih lanjut, Hasto mengatakan bahwa mencegah anak lahir stunting lebih efektif daripada mengatasi anak yang sudah terlanjur stunting.

"Stunting itu lebih mudah dicegah daripada yang sudah stunting. Dengan mengkonsumsi telur dan ikan lele yang mengandung asam amino tinggi, sangat berguna untuk memenuhi nutrisi ibu hamil," katanya. 

Ia juga menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan tidak buang air besar di sungai karena bisa menjadi salah satu faktor risiko stunting.

"Kita tidak melakukan buang air besar di sungai, melainkan di wc, dimana sudah ditutup menggunakan air sehingga tidak bau, kalau pakai wc cemplung (di sungai) nanti banyak lalat, jika lalatnya hinggap di makanan bisa menyebabkan diare, nah kalau anak diare pertumbuhannya bisa terganggu," kata dia.

Ia juga menekankan pentingnya masyarakat memperhatikan usia nikah yang ideal.

"Ojo kawin bocah, jangan menikah di usia kurang dari 21 tahun. Apabila kepepet sebelum 20 tahun menikah, jangan hamil dulu, bisa menggunakan kondom. Jangan terlalu muda, atau terlalu tua di atas 35 tahun, agar anaknya sehat dan tidak stunting," katanya.

Ia juga berpesan, perhatian pada perempuan adalah hal terpenting untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

"Perempuan itu harapan hidupnya lebih panjang. Maka sebelum 2035 kita harus memperhatikan para perempuan, menjelang Indonesia Emas agar tidak ada yang stunting dan sehat," demikian Hasto Wardoyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement