REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyebut kenaikan harga beras terjadi karena ulah spekulan. Kondisi tak menentu karena sejumlah faktor membuat harga beras pun terus naik.
“Kalau stok kita aman, belum lagi stoknya Bulog yang mencapai 45.377 ton dan mereka sudah mengajukan penambahan dan dampak el Nino di kita masih moderat, ada dugaan ini sentimen karena el Nino, perang Rusia-Ukraina, India yang menghentikan ekspor beras, ini dimanfaatkan spekulan,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sumut, Agus Tripriyono.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Pemprov Sumut harga besar di sejumlah pasar di wilayah ini sebesar Rp 12.757, naik 1,82 persen dari Agustus (Rp 12.529). Bahkan untuk beras premium di September rata-rata Rp 14.533, meningkat 4,27 persen dibandingkan Agustus (Rp 13.983).
“Trennya terus meningkat, karena itu untuk mengantisipasi lonjakan harga kita perlu melakukan intervensi dari produksi, distribusi dan konsumsi,” kata Agus Tripriyono saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, di Medan, Senin (18/9/2023).
Pemprov, menurutnya menyiapkan sejumlah upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di wilayah ini dengan mengintervensi produksi, distribusi dan konsumsi.
Agus menjelaskan, pada bagian produksi, Pemprov Sumut akan meningkatkan lahan pertanian, ketersediaan pupuk, bibit dan kebutuhan lainnya. Namun, kata Agus, hal tersebut membutuhkan kerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota.
Untuk distribusi, salah satu langkah yang diambil adalah memberikan subsidi bahan bakar kepada operator angkut beras dan mempersingkat rantai distribusinya. Sedangkan pada bagian konsumsi, Pemprov Sumut bersama Bank Indonesia, Bulog serta stakeholder terkait akan melakukan operasi pasar efektif.
“Untuk perluasan lahan, target kita 45.000 Ha, yang juga untuk mengantisipasi dampak el Nino, sekarang yang sudah terverifikasi seluas 36.000 Ha, begitu juga kebutuhan lainnya. Kemudian mempersingkat distribusi serta operasi pasar yang langsung ke titik yang ditentukan, misalnya ke kompleks perumahan, pemukiman dan lainnya agar lebih efektif, dan Bulog juga menjalankan program bantuan pangan 10 Kg per KK per bulan," sebutnya.
Agus mengungkapkan berdasarkan data BPS tahun 2022, konsumsi beras Sumut sebesar 155.517 ton/bulan, sedangkan produksinya sekitar 206.552 ton/per bulan dan ketersediaannya mencukupi hingga akhir tahun 2023. Bahkan laporan Dinas Ketahanan Pangan Sumut bulan Agustus stok beras surplus 321.546 ton.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut IGP Wira Kusuma mengatakan beras memberikan andil besar untuk inflasi di lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut (Medan, Padangsidimpuan, Sibolga, Gunungsitoli dan Pematangsiantar).
“Di semua kota IHK beras paling besar andilnya (untuk inflasi), jadi itu perlu jadi perhatian kita semua, berbeda dengan historisnya yang relatif flat, pengaruh dari sentimen juga berperan di sini misalnya el Nino yang memberikan risiko secara nasional, negara eksportir beras juga membatasi ekspornya, itu menyebabkan harga meningkat dan membentuk sentimen, kita harus antisipasi hal tersebut,” kata IGP Wira Kusuma.