Selasa 19 Sep 2023 06:25 WIB

Balita dan Lansia Diungsikan Akibat Terdampak Asap Kebakaran TPA Putri Cempo

Jumlah balita sebanyak belasan dan lansia ada 20 orang.

Rep: C02/ Red: Agus raharjo
Anak-anak beraktifitas menggunakan masker akibat pekatnya asap di Dusun Jatirejo, Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah, Ahad (17/9/2023). RT 3 Dusun Jatirejo menjadi daerah yang terdampak langsung imbas kebakaran TPA Putri Cempo. Warga beraktifitas memilih menggunakan masker untuk meminimalkan risiko ISPA. Untuk warga balita sudah diungsikan sejak Sabtu (16/9/2023) sore, tenaga kesehatan juga sudah turun untuk memeriksa serta memberikan obat-obatan yang diperlukan. Dusun ini lokasinya persis bersebelahan dengan TPA dan arah angin menuju ke sini.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak-anak beraktifitas menggunakan masker akibat pekatnya asap di Dusun Jatirejo, Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah, Ahad (17/9/2023). RT 3 Dusun Jatirejo menjadi daerah yang terdampak langsung imbas kebakaran TPA Putri Cempo. Warga beraktifitas memilih menggunakan masker untuk meminimalkan risiko ISPA. Untuk warga balita sudah diungsikan sejak Sabtu (16/9/2023) sore, tenaga kesehatan juga sudah turun untuk memeriksa serta memberikan obat-obatan yang diperlukan. Dusun ini lokasinya persis bersebelahan dengan TPA dan arah angin menuju ke sini.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO–Dampak kebakaran TPA Putri Cempo yang masuk ke pemukiman warga membuat lansia dan balita harus diungsikan ke tempat yang lebih aman. Hal tersebut mengingat kebakaran belum padam meski telah 48 jam berlangsung.

Tokoh masyarakat setempat Supardi mengatakan belasan balita dan lansia di Kampung Jatirejo RT 3 RW 39 Mojosongo memilih diungsikan ke rumah saudara. Menurut warga rentan tersebut diungsikan sejak TPA Putri cempo terbakar.

Baca Juga

"Sejak Sabtu itu lansia dan balita mengungsi. Cucu saya itu juga mengungsi, karena asap itu mengganggu pernapasan. Kalau ngungsi kemana semua kami kurang tahu, karena tidak terkoordinir. Lansia itu di sini ada 20-an, kalau balita ya belasan," kata Supardi saat ditemui di rumahnya, Senin (18/9/2023).

Salah seorang warga, Madong (46 tahun) mengatakan kebakaran itu jadi yang terbesar jika dibandingkan pada 2019. "Biasanya kalau sore sampai malam itu, tergantung angin. (Bikin sesak nafas?) lumayan sih. (Tapi gak ngungsi?) saya tidak anak-anak di rumah terus tidak keluar, karena mengungsi jauh di kelurahan, kalau pas asap banyak itu ya pakai masker," ujarnya.

Sementara itu Suyati (54) mengaku sebagian warga mengungsi ke lokasi yang aman. Namun, juga banyak warga yang memilih bertahan.

"(Asap) masuk ke kampung sini, kemarin malam itu gelap sekali. Ya kalau yang punya sesak nafas langsung pergi (mengungsi) yang punya bayi (balita) itu langsung pergi semua. Saya gak ngungsi masih kuat di sini, kemarin juga disuruh ke tempat anak saya di Gemolong tapi gak mau," ujarnya

Dia mengaku asap pekat itu sering masuk ke pemukiman saat udara berhembus ke utara. Biasanya saat sore sampai malam hari. "Turunnya asap gak tentu, biasanya kalau ada udara besar ke sini langsung gelap," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement