REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bertemu Wakil Presiden Cina Han Zheng di sela-sela Majelis Umum PBB pada Senin (18/9/2023). Dalam pernyataan setelah pertemuan tersebut, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pembicaraan tersebut melibatkan diskusi yang jujur dan konstruktif.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, keduanya sepakat menjaga jalur komunikasi terbuka dan membahas invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara, dan Selat Taiwan. Pembicaraan antara Blinken dan Han dapat membantu mempersiapkan pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping pada akhir tahun ini.
“Dunia mengharapkan kita untuk mengelola hubungan kita secara bertanggung jawab,” kata Blinken dalam sambutan singkat di awal pertemuannya dengan Han.
“Amerika Serikat berkomitmen melakukan hal itu. Dari sudut pandang Amerika Serikat, diplomasi tatap muka adalah cara terbaik untuk menangani bidang-bidang yang tidak kita sepakati, dan cara terbaik untuk menjajaki bidang kerja sama di antara kita,” kata Blinken.
Blinken, Menteri Perdagangan Gina Raimondo, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan utusan iklim Biden John Kerry telah melakukan perjalanan ke Cina tahun ini untuk mencairkan hubungan. Mereka juga memastikan kelanjutan komunikasi antara kedua negara di tengah ketegangan yang berkobar setelah militer AS menembak jatuh balon mata-mata Cina yang melintas di wilayah udara Amerika Serikat.
Sebelumnya Biden menyatakan kekecewaan karena Xi tidak hadir dalam pertemuan puncak para pemimpin G20 di India. Namun, Biden memastikan dirinya akan bertemu dengan Xi di lain kesempatan. Biden berpeluang mengadakan pembicaraan dengan Xi dalam pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco pada November.
“Saat ini, hubungan Cina-AS menghadapi banyak kesulitan dan tantangan,” kata Han kepada Blinken.
Han menekankan, Cina berharap AS akan melakukan upaya untuk menerapkan konsensus yang dicapai oleh para pemimpin kedua negara dan mendorong perkembangan hubungan yang stabil. “Dunia membutuhkan hubungan Cina-AS yang stabil dan sehat,” ujar Han.
AS dan Cina berselisih mengenai berbagai masalah mulai dari Taiwan hingga perdagangan, fentanil, dan hak asasi manusia. Kritikus terhadap pemerintahan Biden mempertanyakan strateginya dalam melibatkan Cina. Para kritikus juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk melawan provokasi, termasuk peretasan email pejabat senior AS yang terkait dengan Cina baru-baru ini, dapat membuat Beijing semakin berani.
Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Chris Wray mengatakan, Cina memiliki program spionase dunia maya yang sangat luas sehingga lebih besar daripada gabungan semua pesaing utamanya. Pakar Cina di Brookings Institution, Ryan Hass mengatakan, laju pertukaran tingkat tinggi antara Washington dan Beijing menunjukkan bahwa ada upaya serius untuk mencapai tujuan tertentu.
“Saya berharap kedua belah pihak berupaya untuk mempersiapkan pertemuan produktif antara kedua pemimpin pada November,” kata Hass.