REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al-Sudani bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di New York. Sudani menerima undangan dari Presiden AS Joe Biden untuk berkunjung ke Gedung Putih.
Media pemerintah Irak melaporkan Sudani, yang berada di New York untuk berpartisipasi dalam Sidang Umum PBB, mengatakan tanggal untuk kunjungan resmi ke Washington akan ditentukan kemudian.
Biden dan Sudani belum pernah bertemu sejak Sudani menjabat sebagai presiden Irak tahun lalu setelah ditunjuk sebuah koalisi partai-partai, yang sebagian besar merupakan kelompok Muslim Syiah yang dekat dengan Teheran.
Sejak saat itu, ia berusaha menyeimbangkan diplomasi antara AS dan Iran. Dua negara yang pernah berseteru di tanah Irak.
"(Sudani dan Blinken) memperbarui komitmen mereka untuk terus memperkuat kemitraan antara kedua negara," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Selasa (19/9/2023).
Sejak invasi Washington tahun 2003 Irak menjadi mitra dekat AS dan kedua belah pihak mengatakan mereka mencoba untuk memperluas hubungan yang hanya fokus pada pertahanan dan kontra-terorisme ke arah kerja sama ekonomi.
Dalam pertemuan tersebut Blinken "menggarisbawahi dukungan AS" untuk agar jalur pipa antara wilayah semi-otonom Kurdistan di utara Irak dan Turki yang telah ditutup sejak Maret lalu dibuka kembali.
Pekan lalu Turki mengatakan jalur pipa yang menyumbang sekitar 0,5 persen dari pasokan minyak dunia ini akan segera beroperasi kembali. Meski belum diketahui apakah Baghdad dan Ankara menyetujui syarat-syarat dimulainya kembali aliran minyak mentah.
"Blinken juga memuji komitmen Perdana Menteri Irak terhadap independensi peradilan dalam vonis dan hukuman terhadap beberapa orang atas tuduhan terorisme baru-baru ini sehubungan dengan pembunuhan warga negara AS," kata juru bicara.
Bulan lalu Irak menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada seorang pria Iran dan empat warga Irak atas pembunuhan Stephen Troell pada November 2022 di sebuah lingkungan kelas menengah di pusat kota Baghdad.
Pejabat pengadilan tidak menyebutkan nama para terdakwa. Tetapi mengatakan keempat warga Irak itu adalah anggota milisi Muslim Syiah.