REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintah persatuan Libya mengatakan pada Senin (18/9/2023), bahwa 95 persen dari institusi pendidikan di daerah yang dilanda banjir di bagian timur negara itu rusak. Padahal tahun ajaran baru akan dimulai minggu depan di seluruh Libya.
“Sebanyak 17 fasilitas pendidikan di kota Benghazi telah mendaftarkan siswa yang mengungsi dari daerah yang terkena dampak,” ujar Menteri Pendidikan Libya Musa Al-Maqrif dikutip dari Anadolu Agency.
Pejabat di Kementerian Pendidikan Libya Ali al-Quweirah mencatat, bahwa 114 sekolah di 15 wilayah rusak akibat banjir. Dia menjelaskan, bahwa tim teknis sedang mengevaluasi dan menilai biaya untuk pekerjaan pemeliharaan di sekolah.
Pemerintah yang berbasis di Tripoli sebelumnya mengumumkan, 70 persen infrastruktur di Libya timur rusak akibat banjir dahsyat pada pekan lalu. Kepala departemen jalan dan jembatan Kementerian Perhubungan Libya Al-Hussein Swedan mengatakan, 11 jembatan runtuh akibat banjir, termasuk dua jembatan yang menghubungkan Derna dengan kota Soussa dan al-Qubba serta enam lainnya.
Derna terkena dampak paling parah akibat banjir mematikan yang disebabkan oleh Badai Mediterania Daniel pada 10 September. Badai itu menyebabkan bendungan kota jebol, menghanyutkan rumah dan manusia.
Swedan mengatakan, 80 persen jaringan pipa air di seluruh kota dan desa di wilayah timur runtuh. Sekitar 50 persen jalan di wilayah yang terkena dampak rusak. Namun, pihaknya telah berhasil membuka jalur alternatif di daerah terdampak dan rusak.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA), setidaknya 3.958 orang meninggal di seluruh Libya akibat banjir, merevisi jumlah korban meninggal sebelumnya sebanyak 11.300 orang.
Kepala pemerintahan timur Libya Osama Hamad mengatakan pada akhir pekan lalu, sejauh ini 3.252 mayat telah dikuburkan. Lebih dari 40 ribu orang terpaksa mengungsi di wilayah timur laut Libya akibat banjir mematikan tersebut.