REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus perundungan (bullying) di kalangan anak sekolah hingga kini masih terjadi. Yang terbaru, tragedi yang menimpa anak sekolah dasar (SD) hingga mengalami buta permanen akibat ditusuk seniornya, menjadi kisah pilu kasus bully di Gresik, Jawa Timur.
Menurut psikolog keluarga, Sani Budiantini Hermawan, ketika anak mendapat perundungan, sebaiknya jangan diam saja. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh anak yang bisa diedukasi oleh orang tua maupun pihak sekolah.
“Dengan kasus ditusuk itu harus lawan atau lari saja seperti itu harus dibekali juga jangan diam saja, harus teriak, menendang sampai melarikan diri,” kata Sani saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (19/9/2023).
Dia menjelaskan, reaksi melawan ini bisa berbagai macam misalnya mengadu, melapor, atau secara spontan melawan dengan fisik. Anak bisa belajar bela diri sebagai bentuk membangun kepercayaan diri mereka.
Namun hal yang penting, anak perlu mengetahui seperti apa bentuk perundungan. Sebab perudungan ini bukan hanya bersifat kekerasan fisik, tetapi juga hal lainnya.
“Misalnya dikata-katain, diancam, jadi bukan akhirnya hanya fisik, tapi mengenal bullying dalam bentuk apa pun,” kata Sani.
Dia mengatakan, orang tua anak juga bisa memberi masukan termasuk melapor ke guru dan sekolah agar membantu menanganinya. Jadi, sebelum terjadi kekerasan fisik, bisa saja tanda-tanda perundungan lain yang harus diwaspadai terlebih dulu adalah lewat kekerasan verbal.
Kejadian bullying juga menjadi peringatan bagi banyak orang tua. Hal pertama, memang orang tua harus mengetahui lingkungan anak, di mana dia bermain, pergaulan atau pertemanan, hingga kegiatan yang mereka lakukan. Orang tua harus memperhatikan permasalahan pada anak-anak.
Sani juga mengingatkan agar orang tua bisa menjadi teman bercerita untuk anak. Hindari membuat takut anak untuk bercerita dengang penghakiman, ataupun memberikan reaksi negatif terhadap mereka.