Selasa 19 Sep 2023 20:21 WIB

Anak Jadi Korban Bully, Ini Sikap yang Harus Diambil Orang Tua

Perundungan bisa menimbulkan trauma pada anak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Anak menjadi korban perundungan (ilustrasi). Ada beberapa sikap terbaik orang tua jika mendapati anaknya menjadi korban perundungan.
Foto: Foto : MgRol_92
Anak menjadi korban perundungan (ilustrasi). Ada beberapa sikap terbaik orang tua jika mendapati anaknya menjadi korban perundungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah pilu bocah sekolah dasar (SD) di Gresik yang mendapat perundungan di sekolah sampai mengalami buta permanen menjadi pertanda bahwa perundungan masih marak di Indonesia. Kejadian tersebut juga menjadi peringatan bagi para orang tua. 

Psikolog keluarga, Sani Budiantini Hermawan, menjelaskan bagaimana orang tua harus bersikap jika anak menjadi korban perundungan. Dia mengatakan, hal pertama, orang tua harus mengetahui lingkungan anak, di mana dia bermain, pergaulan atau pertemanan, hingga kegiatan yang mereka lakukan. Orang tua harus memperhatikan permasalahan pada anak-anak. 

Baca Juga

“Di mana bullying yang sedang marak, orang tua harus memberi gambaran melalui data yang ada bahwa hal itu bisa terjadi dalam pergaulannya,” kata Sani kepada Republika.co.id, Selasa (19/9/2023).

Sani menyebut jenis-jenis perundungan bisa berbagai macam. Anak bisa diberitahu bahwa jika mendapat perlakuan bully, baik itu kekerasan fisik, psikologis, maka secara umum mereka harus bercerita kepada orang tua.

Orang tua wajib mejadi teman bercerita, bukan justru malah membuat mereka ketakutan. Sering kali anak takut terhadap orang tua, karena  tidak berpihak kepada anak, memberikan reaksi negatif, memarahi, dan sebagainya.

“Jadilah teman bercerita, anak didukung cerita ke guru sehingga orang dewasa bisa memberikan cara mengatasinya,” kata Sani yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani ini.

Perundungan juga bisa menimbulkan trauma pada anak. Anak bisa tampak menarik diri, terganggu fokus belajarnya, bahkan bisa melakukan hal yang sama pada masa mendatang.

Kalau sudah demikian, anak memerlukan pendampingan intensif, misalnya orang tua yang mengubah pola pikir mereka bahwa pergaulan itu tidak semuanya negatif. Tentunya dengan teman yang disukai anak, mereka bisa kembali membangun kepercayaan diri di lingkungannya dan keluar atau healing dari trauma.

Adapun anak berpotensi menjadi pelaku perundungan, ketika mereka tidak punya empati, terpapar hal yang bersifat kekerasan, memiliki proses kematangan lebih lambat dari yang lain. Jadi ketika mereka dominan, merasa ditakuti orang, berkuasa, hal itu yang membuat mereka terpenuhu kepuasannya. 

“Kalau ada orang lemah di mata dia, atau parenting yang salah seperti menekan anak atau KDRT sehingga anak jadi pelaku bully,” kata Sani.

Sani mengatakan, untuk menghindari anak menjadi pelaku perundungan, maka tanamkan kepada mereka rasa empati, solidaritas, dan tolong menolong. Ketika anak punya banyak teman yang baik, maka ke depannya, akan berdampak pada jaringan yang luas dan berbuah menjadi hal baik.

Begitu juga sebaliknya, beritahu anak akibat jika menjadi pelaku perundungan. Dengan begitu, mereka bisa memilah mana perilaku yang boleh dan tidak untuk dilakukan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement