Rabu 20 Sep 2023 07:01 WIB

Sebut Indonesia dengan Wakanda, Anies: Skor Kebebasan Berpendapat Kita Rendah

Ia mengungkapkan skor kebebasan berpendapat di Indonesia masih di angka 5 sampai 6.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Bakal calon presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan menyimak pertanyaan penonton saat Mata Najwa 3 Bacapres Bicara Gagasan di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, Senin (19/9/2023). Selama 90 menit Bacapres Anis Baswedan ditantang berbicara gagasan dan menjawab pertanyaan bagaimana nanti memimpin Indonesia yang dipandu oleh Najwa Shihab. Berbagai topik pertanyaan mulai dari korupsi penegakan hukum, lingkungan, kebhinekaan, serta kebebasan pendapat dilontatkan kepada Anies yang tampil pada sesi pertama.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bakal calon presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan menyimak pertanyaan penonton saat Mata Najwa 3 Bacapres Bicara Gagasan di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, Senin (19/9/2023). Selama 90 menit Bacapres Anis Baswedan ditantang berbicara gagasan dan menjawab pertanyaan bagaimana nanti memimpin Indonesia yang dipandu oleh Najwa Shihab. Berbagai topik pertanyaan mulai dari korupsi penegakan hukum, lingkungan, kebhinekaan, serta kebebasan pendapat dilontatkan kepada Anies yang tampil pada sesi pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bakal Capres Anies Baswedan menyampaikan pandangannya terkait kondisi kebebasan pendapat di Indonesia.  Menurutnya kebebasan berpendapat di Indonesia masih rendah.

"Selama kita menulis tentang Indonesia masih harus menggunakan Wakanda, maka skor kita masih rendah," kata Anies di Acara 3 Bacapres Bicara Gagasan, Selasa (19/9/2023). 

Baca Juga

Jika diukur berdasarkan skala 1-10, ia mengungkapkan skor kebebasan berpendapat di Indonesia masih di angka 5-6. Menurutnya kebebasan berpendapat hari ini di Indonesia sedang bermasalah. "Jadi sudah tidak boleh lagi ada rasa takut dalam berekspresi," ucapnya.

Menurutnya kebebasan berpendapat di Indonesia masih jauh dari harapan. Ia pun mencontohkan bagaimana dosen tidak lepas dari kriminalisasi. "Kita harus memberikan apalagi di kampus ruang kebebasan berekspresi mengkritik pemerintah itu sah dan itu boleh dan apalagi dilakukan oleh kampus-kampus," ungkapnya.

Anies menjadi salah satu dari tiga bacapres yang hadir dalam penyampaian gagasan di UGM, Selasa (19/9/2023). Anies hadir menyampaikan sejumlah gagasan. Salah satunya terkait kesetaraan kesehatan, pendidikan, penegakan hukum. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement