REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengakui saat ini stok gabah dan beras kurang sehingga menyebabkan harga terus meningkat. Selama ini, pemerintah bersikeras bahwa stok beras, terutama Bulog, cukup hingga beberapa bulan kedepan dan masih akan ditambah dengan impor.
NFA mengatakan, kenaikan harga gabah di tingkat produsen berbanding lurus dengan kenaikan harga beras di tingkat konsumen. Untuk itu, peningkatan produksi harus terus didorong mengingat kondisi kenaikan harga gabah di lapangan salah satunya disebabkan oleh berkurangnya stok gabah.
Selain itu, juga perlu menguatkan stok cadangan beras pemerintah. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan NFA terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan agar para petani tetap bergairah berproduksi karena adanya jaminan harga serta memastikan harga wajar di tingkat konsumen.
Salah satunya dengan turun langsung mengunjungi dan menyerap aspirasi dan dinamika di lapangan terutama para petani.
"Tadi saya cek langsung harga gabah kering panennya 8.000 dengan combine harvester kemudian jadi beras harganya 12,500 sampai 13.000 rupiah. Akan tetapi kenaikan harga gabah ini juga harus melihat tingkat kewajaran sehingga keseimbangan harga dapat terbangun baik di tingkat produsen maupun konsumen.” ungkap Arief saat mengunjungi Penggilingan Gapoktan Maju Jaya di Desa Kradenan Kec. Kersana, Kab. Brebes Jawa Tengah, Selasa (19/9/2023).
Untuk itu, Arief menegaskan jika saat ini adalah waktu yang tepat untuk terus meningkatkan produksi karena dengan harga yang bagus di tingkat petani tentunya meningkatkan gairah petani untuk terus bertanam.
Hal ini diakui oleh Ketua Gapoktan Maju Jaya Rudin yang merasa senang dengan harga gabah saat ini di tingkat petani. Ia mengakui dalam dua kali masa panen belakangan ini harga jual gabah bagus bahkan banyak pembeli yang datang dari luar seperti dari Demak.
“Di sini bisa IP 400 sudah tahun ketiga dengan menggunakan benih pajajaran dan cakra buana dari Balai Benih Sukamandi. Dalam satu bulan ke depan mudah mudahan kami akan panen,” tambah Rudin.
Ia pun berharap hasil panen bisa memuaskan meskipun terdapat waduk terdekat yang surut namun Ia yakin jika kemungkinan besar masih dapat bertahan hingga panen bulan depan sampai memasuki musim penghujan di bulan November.
“Stok disini idealnya 60 - 70 ton, namun saat ini baru terisi 35 ton dan ada titipan dari Dinas sebagai cadangan pangan 6.5 ton,” ungkapnya.
Terkait hal tersebut Arief pun meminta agar setiap daerah harus memiliki cadangan pangan.
“Harusnya semua daerah mempunyai cadangan pangan seperti ini, tidak harus membangun gudang tetapi bisa dititipkan di gudang Bulog tapi sistemnya diputar stoknya. Yang disimpan kuantiti-nya jadi stok berputar terus yang penting kualitasnya kadar air 14 persen dan panenan baru,” ungkap Arief.
Namun demikian, Arief juga memastikan agar upaya menjaga harga di tingkat petani juga diselaraskan dengan menjaga harga di tingkat konsumen. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar keseimbangan harga di tiga lini perberasan, produsen, pedagang/penggiling, dan konsumen dapat terwujud.
Adapun untuk menanggulangi kenaikan harga beras di tingkat konsumen, NFA terus melakukan berbagai upaya intervensi dengan menggelontorkan stok beras Bulog ke masyarakat antara lain melalui bantuan pangan beras untuk 21,353 juta KPM di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah juga terus menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM) di seluruh Indonesia, serta menggelontorkan beras SPHP baik di pasar tradisional, ritel modern, dan juga Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).