Rabu 20 Sep 2023 08:40 WIB

Azerbaijan Minta Pasukan Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh Menyerah

Azerbaijan mengatakan bersedia melakukan pertemuan dengan pasukan etnis Armenia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Armenia meminta agar blokade Azerbaijan terhadap Koridor Lachin--satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh-- bisa kembali diakses.
Foto: AP
Armenia meminta agar blokade Azerbaijan terhadap Koridor Lachin--satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh-- bisa kembali diakses.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU – Pemerintah Azerbaijan mengatakan bersedia melakukan pertemuan dengan pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Namun Azerbaijan meminta mereka terlebih dulu meletakkan senjata dan menyerah.

“Untuk menghentikan tindakan anti-teroris, angkatan bersenjata ilegal Armenia harus mengibarkan bendera putih, menyerahkan semua senjata, dan rezim ilegal harus membubarkan diri,” kata Kantor Kepresidenan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan, Selasa (19/9/2023).

Baca Juga

Dalam pernyataan tersebut diterangkan, Azerbaijan bersedia bertemu dengan perwakilan pasukan etnis Armenia di Yevlakh, sebuah kota di Azerbaijan yang terletak sekitar 100 kilometer dari basis pasukan etnis Armenia, yakni Stepanakert. Namun ditegaskan kembali bahwa pertemuan tersebut hanya dapat terlaksana jika pasukan etnis Armenia menyerah. “Jika tidak, tindakan anti-teroris akan terus berlanjut hingga akhir,” kata Kantor Kepresidenan Azerbaijan.

Azerbaijan melancarkan operasi militer ke wilayah Nagorno-Karabakh pada Selasa. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi “anti-teroris”. Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Sedikitnya 25 orang telah dilaporkan tewas dalam operasi militer Azerbaijan. 

Kelompok separatis yang didukung Armenia sebelumnya mendesak Azerbaijan untuk memulai negosiasi dan menghentikan permusuhan. “Pihak (Karabakh) menyerukan pihak Azerbaijan untuk segera melakukan gencatan senjata dan duduk di meja perundingan untuk mengatasi situasi ini,” kata kementerian luar negeri wilayah yang memisahkan diri tersebut.

Sementara itu Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, pasukan negaranya tidak terlibat dalam pertempuran terbaru di Nagorno-Karabakh. Dia mengklaim situasi di perbatasan antara Armenia dan Azerbaijan stabil.

Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran sengit di wilayah tersebut. 

Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata.  Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.

Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement